Saturday 30 March 2013

Hidup Menabur Mimpi (part-1)





Siapa yang punya kondisi tidak berbeda dengan saya disini? Diambang kelulusan, wisuda, dan melepas status sebagai mahasiswa (setidaknya di level strata-1)… selamanya. Iya selamanya.

Karena besar kemungkinan sedikit diantara kita akan mau mengulang masa perkuliahan di fase pertama pasca pendidikan sekolah menengah tersebut, selesai kita libas. Ya kalaupun ada pasti dengan berbagai syarat dan ketentuan yang berlaku. Semoga asumsi saya benar:).

Kawan, seringkah dirimu dikasih pertanyaan, entah dari siapapun itu dengan sangat sederhana seperti “ Setelah lulus mau kerja dimana mas?” atau “Setelah lulus mau jadi apa mas?”. Pertanyaan yang simple. Namun (kadang) menemukan jawabanya tidak sesederhana pertanyaan tersebut bagi sebagian orang. Merasa sial? Merasa bingung? Atau mungkin sudah sangat jelas tahu jawabanya. Beruntung dan bersyukurlah anda yang masuk di dalam kelompok terakhir.

Namun bagi yang masuk di kelompok pertama dan kedua, jadikan saja pertanyaan2 ini bermuatan positif. Itu adalah stimulan dan cambuk nyata selain omelan Ibu2 kita di rumah yang paling bisa menyentil hati. 

Bagi saya pribadi, pertanyaan ini beranak pertanyaan lain kepada diri sendiri “Jadi sebenarnya mau jadi apa? Mau kemana? Bagaimana caranya?” dan sederet pertanyaan lainnya yang membuntuti.

Bersyukurlah kalau kita masih memiliki banyak pertanyaan seperti ini. Bukan berarti tiada hasil kita menghabiskan waktu kuliah wira-wiri di kampus, dan atau sebagian lain yang menginvestasikan waktunya untuk berorganisasi. Tapi inilah daftar pertanyaan yang tiada boleh terhapus sepanjang perjalanan hidup kita di dunia. Biarkan otak bekerja, hati bicara, dan menuntun kita menuju arah yang seharusnya menjadi ladang pengamalan ilmu serta pencurahan passion pembakar semangat jiwa dalam berkarya yang sesungguhnya.

 Kembali ke pertanyaan sederhana tadi. Sudah adakah yang menemukan jawabannya? Jawaban yang sebenar-benarnya jawaban maksud saya. Bukan sekedar logika bahwa “2” adalah jawaban dari “1+1”. Tapi apa dibalik jawaban “2” itu? Apa alasanya? Bagaimana prosesnya? Sudahkah kita menanganggap hal ini penting?

Oke, jadi begini. Dulu waktu awal kuliah saya diterima di jurusan yang nampak sempurna bagi orang tua saya (Ilmu Pemerintahan). saya terpacu untuk secara sempurna pula membuat peta masa depan demi menjadi guide agar terarah menuju kemana saya akhirnya. Tentu saja dengan terlebih dahulu berproses untuk mencintai jurusan ini sendiri.
Secara idealis saya tuliskan bahwa saya harus bias menjadi sekretaris daerah di kabupaten tumpah darah (Sukoharjo) dengan jalan meniti karir dari level terbawah hingga level teratas. Menjadi PNS tentunya. Karena di dalam struktur organisasi pemerintahan, jabatan inilah yang tertinggi diantara pilihan menjadi pejabat karir. Artinya jabatan ini tidak di dapat secara politik (seperti posisi kepala daerah/Negara) dan menitik beratkan penilaian dan penghargaan atas diri bahwa kita memiliki kompetensi dan pantas menududuki jabatan karir tertentu.

Indah ya? Bagi saya indah walaupun bisa saja tidak menurut yang lain. Apalagi pada saat itulah pertama kalinya saya memahami urgensi serta berani membuat blue print kehidupan atas diri sendiri. Hidup ini sudah cukup keras untuk di hadapi, tapi akan lebih keras lagi kalau kita tak mampu memaknai arti kehadiran kita di dunia. Apalagi jika kita tak tahu arah jalan pulang (malah jadi lagu).

Namun kawan, mimpi bisa berubah, bertambah, dan berkembang seiring perkembangan diri kita masing-masing. Juga akibat tempaan hidup dan segala pengalamannya yang menjadikan kita seperti bukan apa2. Buku2 dan artikel2 yang kita baca, orang2 yang kita temui, tontonan yang kita nikmati, dan berbagai hal yang kita pelajari akan memberikan pengaruh dan menjadi pelaku utama mengapa kita bisa mengalami perkembangan ketertarikan akan suatu bidang dan mimpi di masa depan.
…to be continued..

@RidwanAb

Thursday 7 March 2013

Tata Cara Pembuatan SKCK di Sukoharjo



Lagi persiapan pendaftaran kerja? Syaratnya macem-macem termasuk SKCK. Tos dulu lah, samaan kita:). Oke, jadi posting berikut ini bakal ngejelasin detail pengurusan SKCK terutama di Kabupaten Sukoharjo, daerah saya berasal. 

Sebelumnya saya pernah mengkonfirmasikan kepada salah satu petugas kepolisian di Kantor Polisi Tembalang dan cari info dari sana-sini bahwa pengurusan SKCK memang hanya bisa dilakukan di daerah di mana lokasi kita berasal (sesuai kartu identitas). Meskipun ada satu teman yang bercerita bahwa temannya, pernah mengurus SKCK di Semarang padahal bukan asli Semarang. Entahlah bagaimana cara dia.

Yup, mari kita mulai langsung dengan langkah pertama.

1.       Kantor Kelurahan:
Siapkan surat pengantar dari RT untuk kemudian digunakan sebagai syarat mengajukan surat pengantar ke kelurahan tempat kita tinggal. Ga butuh wa tu lama, dan ga pakai biaya kok. Jadi untuk langkah pertama ini cukup mudah dikerjakan. Syarat yang harus dibawa cukup bawa copy KTP dan KK masing-masing 1 saja.

2.      Kantor Kecamatan:
Setelah urusan surat pengantar kelurahan selesai. Maka tempat selanjutnya yang kita harus tuju adalah kantor kecamatan. Di sini kita akan dapat tanda tangan pengesahan di atas surat pengantar yang telah kita urus di kelurahan. Tanpa biaya dan tak butuh waktu yang lama juga.

3.      Mapolsek:
Setelah selesai urusan kita di kantor kecamatan, segera saja langsung ke kantor Mapolsek setempat. Di sini selain surat pengantar+copy KTP+dan copy KK yang telah digunakan sebagi persyaratan di awal tadi. Kita perlu menyiapkan pas foto ukuran 4x6. Waktu itu  hanya butuh 2 buah saja sebagai syarat untuk pengurusan surat pengantar dari Polsek. Nah, mulai dari sini udah kudu nyiapain duit ya. Soalnya bayar Rp 10.000 pas di Polsek ini.

4.      Mapolres:
Sampailah di tempat utama dan yang paling makan waktu dalam sekian tahap pengurusan SKCK tadi. Di sini semua persyaratan yang kita bawa dari instansi-instansi sebelumnya cukup disimpan aja dulu. Karena kita perlu isi formulir mengenai data-data pribadi

Selesai pengisian form ini, kita bisa langsung menuju ke ruangan identifikasi sidik jari. Jadi di sini sidik jari tangan kita lengkap kanan kiri akan di duplikasi dengan cara di capkan pada lembaran kertas khusus. Ada juga formulir tambahan yang perlu diisi di sini. Sedikit kok dan ada contekannya hehe.

Nah, selesai identifikasi sidik jari lengkap, ada biaya Rp 5.000 yang harus dibayarkan ke petugas langsung di ruang ini. Selesai pengurusan identifikasi sidik jari kita juga bakalan dapat Kartu Identitas Sidik Jari yang akan berlaku seumur hidup, Jadi simpanlah jangan sampai hilang. 

Selanjutnya, segeralah menuju loket pengurusan SKCK dimana kita menyerahkan semua persyaratan, surat pengantar, dan juga formulir yang telah kita isi di depan tadi. Dari sini masuklah kepada tahap menunggu sejenak. Oya jangan lupa siapain pas foto lagi di sini. Ukuran 3x4 nya butuh 2 buah, sedang yang 4x6 butuh 4 buah. Tapi demi amannya lebih baik siapin lebih banyak. Siapa tau dapet kenalan dan bisa tukeran pas foto hehe. Bayarkah di loket ini? Iya, siapin uang Rp 10.000 untuk biaya pembuatanya SKCK.

Begitu SKCK jadi kita pasti bakal dipanggil lagi dan diminta buat  foto copy langsung SKCK ini. Untuk kemudian copy dari SKCK asli tersebuat akan dilegalisir di loket yang sama. Siapin Rp 5.000 untuk biaya legalisir ini.

Akhirnya berakhirlah tahapan pengurusan SKCK kita saudara-saudara. Sharing ini hasil dari pengalaman pribadi penulis saat mengurus SKCK tanggal 27 Februari 2013 yang lalu. Jadi lumayan masih anget. Saya kurang paham apakah berlaku detail prosedur yang sama di setiap daerah, tapi semoga bisa jadi gambaran. 

Semoga bermanfaat.

@RidwanAb