Monday 8 April 2013

Berdaya Sesarengan: Usaha Penggemukan Sapi bagi Masyarakat Pedesaan

Source: ditjennak.deptan.go.id 


Saat ini, pemenuhan kebutuhan sapi di dalam negeri mendesak untuk bisa ditingkatkan ketersediannya. Kita semua tahu betapa luar biasanya harga daging sapi di pasaran di seluruh Indonesia. Berbagai media massa bahkan menyebutkan bahwa harga daging sapi per kilogram di Indonesia adalah yang termahal di seluruh dunia. Kita tidak perlu bangga untuk prestasi yang satu ini. Karena hal ini justru menjadi indikasi betapa Pemerintah Indonesia belum menunjukkan usaha perlindungan konsumen atas harga yang mahal ini. Padahal bagaimanapun juga daging sapi merupakan salah satu bahan makanan penunjang gizi yang penting bagi masayarakat. 

Namun di sisi lain, dengan mahalnya harga daging sapi ini juga memberikan keuntungan bagi peternak, importir daging sapi, dan para pedagang daging sapi. Pada kondisi ini terjadilah sebuah ironi, bahwa kenyataanya keuntungan hanya dinikmati sebagian kecil kalangan di negeri ini. Belum lagi terkuaknya kasus penyuapan untuk mempengaruhi kebijakan impor daging sapi oleh sebuah perusahaan importir kepada oknum legislator di Senayan baru-baru ini. Hal tersebut semakin menunjukan bahwa memang ada sebuah pekerjaan rumah penting yang harus segera dicarikan jalan keluarnya.

Upaya pemenuhan kebutuhan daging sapi ini ternyata juga diiringi persoalan-persoalan lain, salah satunya yaitu bagaimana upaya yang dapat kita lakukan untuk mendorong produksi daging sapi di dalam negeri lebih meningkat. Artinya kita tidak perlu lagi untuk bergantung kepada daging-daging impor yang berasal dari berbagai negara. Hingga saat ini saja, hampir setengah dari kebutuhan daging sapi di Indonesia dipenuhi dari impor (Fikar dan Ruhyadi, 2010). Menurut Dirjen Peternakan RI, Kebutuhan sapi potong nasional pada tahun 2009 mencapai 2,1 Juta ekor sapi. Sebanyak 1,1 Juta ekor dari kebutuhan tersebut dipasok dari impor. Dengan asumsi jumlah penduduk Indonesia 240 Juta Jiwa dan konsumsi daging sapi 1,8 Kg/kapita/tahun, saat ini dibutuhkan 432 Juta Kg daging sapi atau jika dikonversikan menjadi sapi hidup setara dengan 2,5 Juta ekor sapi. Impor-impor yang dilakukan terutama berupa bakalan sapi potong. Bagi kita setelah mengetahui fakta tersebut, apakah hal ini menjadi tantangan atau sebuah peluang? Seharusnya hal ini sama sekali tidak tantangan. 

Sebagai konsekuensi dari kecenderungan peningkatan kebutuhan daging sapi untuk berbagai keperluan domestik, maka kondisi ini menjadi peluang bisnis yang sangat menggiurkan untuk beternak sapi potong. Tentu bagi mereka yang pandai menangkap peluang tersebut, kondisi ini memicu upaya untuk mengembangkan usahanya. Atau setidaknya bisa di dorong dengan berbagai upaya menambah jumlah peternak baru dengan bekal potensi alam dan sumber daya manusia di Indonesia yang melimpah. Logikanya perlu diciptakan kondisi yang seimbang antara supply dengan demand di pasaran. Apalagi pemerintah telah mencanangkan swasembada daging pada tahun 2014 yang ternyata hanya tinggal setahun lagi dari sekarang. 

Program “Desa Berdaya” yang dirancang oleh PT RNI yang akan berlokasi di Majalengka, Jawa Barat ini memang urgen untuk dilaksanakan. Program ini merupakan wujud tanggung jawab sosial perusahaan dengan fokus tujuan pemberdayaan masyarakat sekitar. Kegiatan pemberdayaan peternak dimaksud adalah upaya mengubah kesadaran, memperkuat keinginan dan perlakuan masyarakat peternak sebagi obyek atau pelaku yang berperan dalam peningkatan mutu genetik ternak sapi lokal agar diperoleh bibit yang baik secara mandiri (Arifin, 2009). Pemberdayaan juga berarti proses yang mengembangkan dan memperkuat kemampuan masyarakat untuk terlibat dalam pembangunan yang berlangsung secara dinamis sehingga masayarakat dapat menyelesaikan masalah yang dihadapi serta dapat mengambil keputusan secara bebas dan mandiri (Gitosaputro, 2006 dalam Arifin 2009). 

Outcome dari program ini diharapkan tidak hanya mendorong masyarakat desa setempat lebih mandiri secara finansial dengan pengembangan kewirausahaan penggemukan sapi. Namun, akan lebih mulia jika program ini juga dapat menjadi salah satu pendukung suksesnya pemenuhan kebutuhan daging sapi melalui upaya-upaya masyarakat kita sendiri. Sehingga masyarakat peternak mendapat keuntungan materi dan memperoleh peningkatan keahlian beternaknya, sedangkan masyarakat Indonesia pada umumnya terbantu ketersediaan daging sapi di pasaran. Roda perekonomian yang lebih luas pun akan ikut tergerak seperti misalnya usaha pembibitan, sarana produksi, pakan, dan obat-obatan. Yang ketiga diharapkan pula, bahwa melalui program ini terutama dengan pengerahan para sarjana terdidik dari berbagai universitas dan berbagai background pendidikan dapat meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat desa secara umum. Terutama peningkatan kualitas kesehatan, pendidikan, lingkungan, serta ekonomi melalui pengembangan usaha kecil menengah dengan berbagai program yang dapat dirancang sesuai dengan kebutuhan masyarakat desa setempat 

Saya pribadi melalui program “Desa Berdaya” ini memiliki beberapa rencana program yang bisa diselenggarakan sebagai upaya pemberdayaan masyarakat desa lingkungan peternakan sapi. Berdaya Sesarengan (Berdaya Bersama-sama) adalah prinsip dan juga visi yang hendak diwujudkan pada akhir program. Slogan ini terinspirasi dari sebuah social entrepreneurship project bernama Moo’s Project oleh remaja pemenang Ashoka Young Changemaker 2008, Kusuma Diah Sekararum. Berikut penjabarannya:

1.      Komunitas Peternak Berdaya
Pembentukan kelompok-kelompok peternak akan mempermudah sistem pemberdayaan dan pengoranisasian para peternak sapi di semua lingkup desa yang menjadi fokus pelaksanaan Program Desa Berdaya. Kelompok peternak dibentuk mulai dari level desa, kecamatan, hingga kabupaten untuk mempermudah alur koordinasi dan informasi antar stakeholder. Khususnya pemerintah (dinas terkait), para peternak, PT RNI, dan juga para pemberdaya. Berkomunitas juga memberikan manfaat lebih bagi para peternak seperti forum sharing sarana prasarana, jaringan penjualan, sharing solusi masalah teknis peternakan, dll. Dengan pembentukan komunitas ini tentu perlu diiringi dengan penetapan lokasi sekretariat bersama dan channel-channel komunikasi yang berfungsi sebagai ujung tombak informasi, pemasaran, dan media berkumpulnya para peternak dengan para stakeholder.

2.      Integrasi Industri Peternakan Sapi
Sistem yang terintegrasi perlu dibuat. Terutama demi memaksimalkan lingkaran potensi peternakan sapi mulai dari sektor hulu hingga ke hilir. Dari usaha pembibitan, penggemukan, penyediaan pakan berkualitas, rekayasa ilmiah, obat-obatan, dll. Semua tetap mengedepankan prinsip Berdaya Sesarengan. Artinya partipasi masyarakat di dorong semaksimal mungkin agar dapat menyediakan semua kebutuhan tersebut melalui usaha sendiri dengan di fasilitasi para pemberdaya dan PT RNI serta instansi pemerintah dan penyelenggara program terkait.

3.      Pembentukan POSDAYA di desa-desa binaan
POSDAYA merupakan akronim dari Pos Pemberdayaan Masyarakat. Dimana program ini merupakan integrasi dari aspek-aspek kehidupan masyarakat di desa dengan mewadahi semua lembaga dan organisasi desa dalam satu koordinasi. 4 pilar yang diupayakan pengembangannya di dalam POSDAYA adalah kewirausahaan (UKM), kesehatan, lingkungan, dan juga pendidikan. Program-program turunan dapat dibuat berdasarkan 4 pilar ini sesuai potensi dan kebutuhan desa setempat. (Contoh: usaha-usaha pengelohan daging sapi oleh warga desa setempat seperti untuk dendeng, abon, dan pengolahan kulit sapi. Sehingga setiap bagian dari sapi dapat bernilai ekonomis dan memberikan keuntungan bagi warga masayarakat). Keaktifan dan keefektifan dari POSDAYA ini bisa di monitoring dan di evaluasi bersama oleh perangkat desa, tim pemberdaya, dan Pemerintah Kabupaten setempat. Pengurus POSDAYA tidak berdiri di bawah perangkat desa melainkan sejajar, sehingga sifat koordinasinya saling bersinergi demi kemajuan desanya.

4.      Festival Sapi Majalengka
Festival ini memiliki konsep seperti pestanya warga desa dengan mengedepankan aspek peternakan sapi sebagai ikon utama desa. Festival ini bisa diadakan dalam waktu tertentu seperti pada saat puncak panen dari usaha penggemukan sapi dari setiap kelompok peternak (3/4bulan sekali). Masing-masing kelompok bisa menampilkan sapi-sapi terbaik hasil penggemukannya yang kemudian di display untuk diperlihatkan. Ajang ini dikemas bersama acara hiburan, promosi usaha penggemukan sapi milik para kelompok peternak, serta sebagai ajang jual beli langsung hasil peternakan. Program-program yang dihasilkan melalui POSDAYA bisa ikut pula ditampilkan. Ajang ini wajib melibatkan para stakeholder yaitu masyarakat umum, peternak, pemerintah daerah, dan Perwakilan PT RNI berkumpul bersama dalam satu event. Sapi-sapi terbaik ini juga dapat dilelang mirip konsep lelang bandeng yang ada di daerah Juwana, Pati. Dimana para pemodal, pejabat dapat mendapatkan sapi-sapi terbaik hasil penggemukan masayarakat melalui proses lelang terbuka. Program ini diharapkan dapat memacu para peternak untuk memproduksi/menggemukan sapi-sapi yang berkualitas, sehat, dan  ekonomis. Tidak lupa pula media-media massa dilibatkan untuk membantu aspek pemasaran dengan peliputan agar potensi penggemukan sapi di wilayah Majalengka lebih dikenal luas.

Pemaparan konsep di atas dapat diupayakan bersama-sama dengan melibatkan kontribusi semua pihak terutama partisipasi aktif masyarakat desa setempat. Karena merekalah subyek sekaligus obyek dari program Desa Berdaya ini. Dengan sinergi dan usaha yang keras, maka tantangan pemberdayaan peternak sapi dapat menjadi peluang yang menguntungkan demi mencapai desa yang berdaya, mandiri, dan sejahtera. Lebih khusus membantu ketersediaan stok daging sapi nasional. Insya Allah.




Daftar Pustaka:
Fikar, Samsul dan Ruhyadi Dadi.2010.Beternak dan Bisnis Sapi Potong.Agromedia Pustaka:Jakarta

Arifin, Johar.2009.(Jurnal).Pemberdayaan Peternak Sapi Pesisir Garut Selatan Melalui Introduksi Pengetahuan dalam Kegiatan Peningkatan Mutu Generik Ternak (kasus di kelompok Tani Sapi Pasir Pogor Kecamatan Pemeungpeuk Kabupaten Garut, Jawa Barat).Fakultas Peternakan Universitas Padjajaran.Bandung.



*Tulisan ini di buat awal Maret, 2013 sebagai syarat keikutsertaan untuk Program Desa Berdaya yang diselenggarakan PT RNI. Revisi dari tulisan asli dilakukan seperlunya.







Thursday 4 April 2013

Robin van Persie is a RED. Manchester RED

source: bola.viva.co.id


Mendengar nama Robin van persie. Apa yang terbayang di pikiran anda ketika nama ini disebut? Striker Timnas Belanda, pemain kidal, penyerang, top skor BPL 2011/2012, leader di lapangan, atau mungkin pengkhianat terbesar Arsenal? Saya pikir bayangan kita tidak jauh berbeda dalam posisi ini. Namun, pernahkan anda membayangkan "Robin van Persie (RvP) = pemain Manchester United"?

Jika melihat sepak terjang RvP di klubnya terdahulu, Arsenal. Siapa yang akan dapat membayangkan bahwa pada akhirnya di usia 29 Tahun dia mengambil pilihan untuk menyebrang ke tim rival di tanah Inggris raya, Manchester United. Bagi saya, perpindahan ini adalah proses transfer yang fenomenal. Dia tak memikirkan uang dan berapa besar gaji yang diganjar United untuk jasanya. Dia hanya mau merebut trophy Premier League, sesuatu yang belum dirasakannya di Arsenal.

RvP adalah hembusan angin yang teramat segar dan memabukkan bagi setiap fans setan merah dimanapun mereka berada, termasuk saya. Apalagi dengan kondisi nir-gelar yang dialami United musim 2011/2012, kehadirannya di jajaran penyerang United adalah anugrah. Meskipun satu tempat milik Berbatov harus diserahkan dan berkonsekuensi atas kepeindahan Top Skor Premier League 2009/2010 ini ke Fulham.

Jika sedikit menengok ke belakang dimana tak satupun gelar berhasil dimenangkan United kala itu. Terasa miris bagi fans harus melihat tim yang disombongkannya terpaksa tampil di level Europa League namun bermain seperti pasukan amatir dari negeri antah berantah yang tak bertaji. Setelah sebelumnya tersingkir di fase grup Liga Champions, terdampar di kompetisi malam Jum'at Liga Europa, pun United masih menyerah dan mengaku kalah atas Ath. Bilbao yang dengan tega menendang United dalam jurang penyesalan. Mendalam.

Di kompetisi lokal, United harus rela 2 kali di pecundangi Manchester City, di semifinal piala FA kalah 1-0. Serta harus juga merelakan Kota Manchester dikuasai oleh pasukan biru dalam pertandingan terkakhir Premier League di musim tersebut. Sedangkan di Piala Liga, United yang seperti komitmen Sir Alex Ferguson yang seperti biasanya menurunkan tim muda juga harus hancur ditaklukan West Ham dengan skor mencolok, 4-0. Sejak saat itu, keinginan terbesar atas tim yang saya cintai ini adalah mendatangkan striker baru, yang berpengalaman dan berprestasi tentunya.

Sejak Arsenal ditinggal oleh Francesc Fabregas, sang kapten yang kembali klub masa kecilnya Barcelona. Otomatis, RvP sebagai salah satu pemain senior dan berpengalaman di Arsenal memperoleh kepercayaan sebagai kapten tim London Merah. Posisi awalnya yang ketika didatangkan dari Feyenord sebagai pemain sayap kiri, secara cerdas dikreasi oleh tangan dingin Arsene Wenger menjadi penyerang tengah. Jadilah RvP berevolusi menjadi striker andalan sang profesor.

Dengan jumlah 30 gol dia lesakkan sepanjang musim terakhir BPL- nya di Arsenal, pantaslah jika RvP sangat dibenci para fans Arsenal dan dianggap sebagai judas mata duitan ketika dia akhirnya pergi. Betapa beratnya dia sepanjang musim memikul tim yang sempat dijuluki "RvP FC" ini hampir sendirian.

Kini dengan keberadaanya di United, dengan selisih 15 poin di atas City sebagai Runner Up. Pantaslah bagi kita melihat dan menunggu sumbangsih RvP kepada tim barunya cukup lewat hadiah trophy liga ke-20 di akhir musim ini. Nomor punggung 20 peninggalan Fabio yang diserahkan kepadanya, seperti sebuah isyarat alam bahwa trophy ke-20 akan dia persembahkan kepada timnya kini. Meskipun soal ini buka tanggung jawab RvP seorang diri. Tapi apakah kita tidak ikut senang dan terharu jika RvP bisa mengangkat trophy setelah sekian lama bermain di BPL.

Sudah, lupakanlah julukan RvP FC yang sempat berpindah ke United di paruh pertama musim, seperti juga RvP telah benar2 melupakan tim lamanya di London. Hal ini bisa terlihat dari beberapa kesempatan wawancara media, seakan dia berkata "Andai lebih awal saya pindah ke Manchester United..". Lihat pula totalitas selebrasinya ketika berhasil mencetak gol ke gawang lawan, adaptasi cepatnya menyatu dengan skuad, dan pengaruhnya atas performa tim secara umum. Maka tak salah, jika dia adalah idola baru yang sangat dicintai fans United. Tanpa peduli darimana dia berasal. Tapi yang terpenting dimana ia berada saat ini.

RvP is a RED. Manchester Red.
source: agusmanchunian.wordpress.com


Tuesday 2 April 2013

Masalah Utama Manchester United adalah Chelsea

source: tribunnews.com
Dear United fans? How's your feeling today? Whatever it is, perhaps we share the same feelings lads hoho. Yes, bad feeling has always following every lose that we got. Like what Chelsea had done last night to our team. The greatest Manchester United with the only one goal scored by Demba Ba.

Bukan salah De Gea yang mati langkah tanpa bisa berbuat apa2, menyaksikan bola masuk menghujam gawang yang dia jaga. Namun perlu diakui bahwa gol ini memang istimewa. Ba dengan gerakan luwes, lentur, memutar badannya lalu memposisikan kaki kanannya tepat pada bola, assist dari Mata. Akibatnya bola pun berubah arah ke pojok kanan gawang De Gea. Lebih istimewa karena Ba melakukan gerakan ini dengan melewati marking yang dibuat oleh Ferdinand.

United sebenarnya juga bukan tanpa peluang. Bisa ditebak bahwa Chica yang selalu mencetak gol ke gawang Chelsea musim ini, pasti diturunkan. Setidaknya tercatat dua kali tercipta peluang emas melalui Chica atas gawang Cech ditambah satu sepakan Van Persie di akhir-akhir laga yang masih melambung tinggi.

Namun performa gemilang kiper senior Chelsea inilah yang mampu menggagalkan dua peluang itu. Satu tendangan dari luar kotak 16 yang walaupun mampu mengecoh Chech, rupanya masih bisa diselamatkan dengan kakinya. Serta yang ke dua adalah sundulan Chica menyambut crossing Welbeck yang secara menakjubkan pula kembali dapat ditepis dengan tangan kiri Cech. Benar-benar tembok.Tembok ini juga yang membuat kita tak bisa melihat selebrasi khas Chica yang selalu mengkreasi telapak tangannya menbentuk huruf "C" setelah mencetak gol. Ada yang menebak "C" ini adalah untuk Chicarito. Tapi saya lebih suka "C" ini diartikan sebagai "Chelsea's Assassin".

source: agusmanchunian.wordpress.com

Satu fakta menarik dan sekaligus menyakitkan bagi fans United adalah, Chelsea merupakan masalah utama United musim ini. Masih ingat bukan, bahwa United pada awal musim kompetisi 2013/2014 memiliki empat major trophy yang sebenarnya mungkin bisa ditambahkan di dalam lemari koleksi trophy Old Trafford. Ke empatnya adalah Barclays Premier League (EPL), FA Cup, Champions League, dan Capital One Cup (Piala Liga: was Carling Cup). Namun mimpi indah untuk memenangkan ke empatnnya atau setidaknya cukup tiga diantaranya demi mengulang sukses treble tahun 1999 akhirnya sirna.

Dengan kondisi tiga kemungkinan trophy yang sudah hilang, dua diantaranya adalah hasil kreasi pasukan London Biru yang sebenarnya sedang tidak stabil performanya. Ya, terimalah kenyataan itu. Meskipun Chelsea yang saat ini masih ditangani manager interim dan secara  ironis menjadi public enemy di mata fans, namun kenyataan di lapangan merekalah yang mampu merampok kesempatan lebih dari 635 Juta fans United di seluruh dunia untuk bergembira meraih trophy Capital One Cup dan FA Cup musim ini.

Setelah sebelumnya Chelsea menyingkirkan tim muda United di Capital One Cup melalui babak perpanjangan waktu di Stamford Brigde. Semalam (1/4) drama kegagalan kembali terulang di tempat yang sama oleh tempat yang sama.

Saat ini, tak bisa lagi United menjadikan rentetan cedera para pemain menjadi kambing hitam kegagalan seperti yang pernah terjadi musim lalu. Faktanya rata-rata pemain inti saat ini dalam kondisi bugar. Kecuali Rooney dan Rafael yang masih dalam pantauan tim medis United dengan kondisi yang nampaknya serius. Atau mungkin, faktor jarak pertandingan yang terlalu dekat (48 jam) setelah melawat ke Stadium of Light markas Sunderland mau dijadikan alasan? Nampaknya juga tidak tepat.

Seperti yang biasa telah dilakukan Sir Alex, tadi malam tim yang diturunkan adalah starting eleven yang berbeda dari 11 pemain yang turun melawan Sunderland. Bahkan meskipun jarak antar pertandingan lebih "normal", Sir Alex tidak pernah menurunkan starting eleven yang sama. Tidak pernah sekalipun. Praktis hanya De Gea, Carrick, dan Valencia yang kembali bermain dalam jarak 48 jam tadi malam. Jadi kesimpulannya, jarak pertandingan yang terlalu dekat bisa diatasi dengan rotasi pemain.

Sisi menarik dari hal ini adalah, tebak-tebakan siapa saja 11 pemain awal yang akan diturunkan di setiap pertandingan dapat menjadi hiburan lain yang bisa dinikmati oleh fans United. Termasuk saya. Kalau tebakan/prediksi bisa tepat dengan susunan pemain yang di pasang Sir Alex, sungguh itu adalah nikmat yang tiada terkira. Namun nyatanya saya belum pernah dapat tepat menebak formasi awal United di setiap pertandingan. Jadi siapa saja pemain yang akan turun seolah-olah hanya Sir Alex dan Tuhan yang tahu.

Kembali kepada Chelsea sebagai sumber permasalahan. Sudah seharusnya persoalan Chelsea ini disikapi dengan positif. Karena dalam dua pertandingan tragis itu United tidaklah bermain buruk, Chelsea juga tidak lebih baik. Saat kalah 5-4 di COC, United mampu unggul 3-2 hingga akhir laga dengan mayoritas pemain tim U-21, jika saja Chelsea tidak mendapat hadiah penalti karena pelanggaran yang dilakukan Wooton. Bandingkan dengan formasi pemain dengan harga ratusan milyar tiap orangnya yang diturunkan Chelsea. Seolah ada price tag di dada mereka masing-masing yang direpresentasikan dengan skill luar biasa di lapangan macam trio lini tengah mereka Mata-Hazard-Oscar.

Namun di akhir memang neraca keberuntungan hanya menghampiri satu pihak saja. Tidak bisa dua tim melaju ke babak selanjutnya. Hanya satu tim yang bisa. Dan dengan situasi ini, United seharusnya makin bisa fokus memenangkan 8 pertandingan sisa BPL untuk merebut trophy ke-20 nya. Sehingga United makin bisa menepuk dada jemawa dengan status juara Liga Primer terbanyak (meskipun sekarang sudah), yang otomatis pula bisa meningkatkan jumlah haters United di seluruh dunia hehe. Karena bagi sebagian diantara mereka siapapun lawan United di setiap pertandingan yang dijalani, dia adalah tim yang selalu akan dibela. Meskipun tim itu bukan tim yang loyal dia bela. Prinsipnya, "asal bukan MU", mungkin.

Mari kita kencangkan sabuk pengaman, dan tancap gas lagi demi mengalahkan The Noisy Neighbor Senin nanti sebagi permulaan.







(JURNAL): Analisis Jejaring Kebijakan dalam Pengelolaan Sistem Irigasi Colo Sebagai Bagian Dari Sistem Sumber Daya Air Wilayah Sungai Bengawan Solo (Studi Kasus di Kabupaten Sukoharjo)

Source: Balai Besar Wilayah Sungai Bengawan Solo, 2012



Ridwan Al Rossid Budyantoro
Pembimbing:
(Dra. Wiwik Widayati)
(Dzunuwanus Ghulam Manar, S.IP., M.Si.)
ghulam@undip.ac.id


Abstract:
The aim of this research is to explain the network policy which exists in the management of Colo Irrigation System as a part of Bengawan Solo River Area Water Resource Management System. The state guarantee all the people have rights to utilize water for their daily life, to ensure their healthy life, clean, and productive as well ass the constitution have been wrote down. Colo Irrigation System, hold the important role to more than 24.000 hectares of rice fields irrigation across six regions in Central Java and East Java Province. The consequences of water irrigation utilization pushing collaboration in a policy network to bridging every actor’s interest to the existing of Colo Irrigation System. This study tried to look the network model, mapping the actors that been involved in, digging the root problems which effecting various obstacle to the collaboration and search for the solution, also to looking for the practically problems. The kind of this study is a descriptive analysis that aims to describe the symptoms as well as symptoms analyzed using a qualitative approach. The subjects in this research are related government institutions in national until local level, and also the farmers community (P3A). There are many methods to collecting data in this research, non participant observation, in-depth interviews and documentation studies. The results showed that a policy network as a pattern of actors cooperation in the management of Colo Irrigation System does exist. And there are two level of the policy network involved in this collaboration, which are Tim Koordinasi Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Bengawan Solo dan Komisi Irigasi Kabupaten Sukoharjo.

Keywords: Policy network, irrigation system, public policy.

Abstraksi:
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menjelaskan jejaring kebijakan yang ada dalam pengelolaan Sistem Irigasi Colo sebagai bagian dari Sistem Sumber Daya Air Wilayah Sungai Bengawan Solo. Pemerintah menjamin semua masyarakat memiliki hak untuk memanfaatkan air bagi kehidupan mereka, memastikan mereka hidup sehat, bersih, dan produktif sebagaimana yang telah diamanahkan undang undang. Sistem Irigasi Colo memegang peranan penting atas lebih dari 24.000 Hektar lahan persawahan di enam kabupaten di Provinsi Jawa Tengah dan Jawa Timur. Konsekuensi dari pemanfaatan air irigasi adalah mendorong kolaborasi di dalam jejaring kebijakan untuk menjembatani kepentingan setiap aktor atas keberadaan Sistem Irigasi Colo.Kajian ini bertujuan untuk mencari model jejaring, memetakan aktor yang terlibat di dalamnya, menggali akar permasalahan yang menyebabkan beragam kendala di dalam kerja sama dan akhirnya mencari solusinya, termasuk mencari permasalahan permasalahan di lapangan. Jenis kajian ini adalah deskripsi analisis yang bertujuan untuk mendeskrisikan gejala gejala yang telah dianalisis dengan pendekatan kualitatif. Subyek penelitian adalah instansi pemerintah yang berkepentingan dari level nasional hingga lokal, dan juga Paguyuban Petani Pemakai Air (P3A). Ada banyak metode pengumpulan data di dalam penelitian ini,  yaitu observasi non partisipatoris, wawancara mendalam, dan kajian pustaka.Hasilnya menunjukan bahwa jejaring kebijakan sebagai sebuah pola kerja sama antar aktor di dalam pengelolaan Sistem Irigasi Colo memang ada. Dan ada dua level jejaring kebijakan yang terlibat di lama koordinasi, yaitu Tim Koordinasi Sumber Daya Air Wilayah Sungai Bengawan Solo dan Komisi Irigasi Kabupaten Sukoharjo.
Kata kunci: Jejaring kebijakan, sistem irigasi, kebijakan publik.

PENDAHULUAN
           
Sebagai salah satu sumber air vital terutama bagi masyarakat di Pulau Jawa,Sungai Bengawan Solo dikelola sedemikian rupa dengan cara pembangunan proyek-proyek infrastruktur pendukung untuk memanfaatkan alirannya demi kepentingan masyarakat. Pembangunan jaringan irigasi yang telah dilakukan pemerintah pada hakekatnya berorientasi pada dua pokok masalah, yaitu masalah pangan dan penduduk. Untuk memenuhi kebutuhan pangan, irigasi berfungsi sebagai sarana produksi yang berperan penting di dalam produksi pertanian.Sedangkan untuk kepentingan penduduk, air dapat dimanfaatkan untuk keperluan sehari-hari seperti sumber air minum, pembangkit listrik, budidaya ikan air tawar, industri, serta wisata.

Salah satu hasil proyek utama yang dibangun pada masa PELITA II untuk merekayasa sumber daya air Wilayah Sungai Bengawan Solo adalah Bendungan Serba Guna Wonogiri atau yang lebih dikenal sebagai Waduk Gajah Mungkur Wonogiri. Bendungan serbaguna ini dibagun pada alur sungai di daerah pertemuan Kali Keduwang dan Sungai Bengawan Solo, tepatnya pada Desa Wuryorejo, Kecamatan Wonogiri. Bendungan Serbaguna Wonogiri pada awalnya digunakan untuk mengendalikan air yang ada di DAS (Daerah Aliran Sungai) Solo Hulu di Jawa Tengah.

Bersamaan dengan pembangunanproyek Bendungan Serba Guna Wonogiri, turut dibangun pula Bendung Colo. Di mana Bendung Colo adalah sebagai infrastruktur utama dari Sistem Irigasi Colo menjadi tumpuanpengairan bagi mayoritas petani di Kabupaten Sukoharjo bahkan hingga ke Wonogiri, Klaten, Karanganyar, dan Sragen (wilayah eks-Karesidenan Surakarta), serta Ngawi Jawa Timur. Bendung ini dibangun untuk menampung limpahan air dari Waduk Gajah Mungkur di Kabupaten Wonogiri yang merupakan aliran dari Sungai Bengawan Solo, hingga akhirnya dikelola penggunaanya (dibagi alirannya)terutama untuk keperluan irigasi di beberapa daerah kabupaten di atas tersebut.Sistem Irigasi Colo memegang peranan penting dalam alokasi air untuk irigasi mencakup wilayah seluas 24.961 Ha.

Jaringan Irigasi Colo melintas di berbagai daerah kabupaten/kota, maka melibatkan berbagai pihak yang terbentuk menjadi sebuah policynetwork/jejaringkebijakan di dalam pengelolaanya. Dalam menjalankan pengelolaan sumber daya air yang melibatkan berbagai aktor seperti dalam kajian ini, aktor-aktor dalam jejaringharus dapat didefinisikan secara jelas. Dua hal yang perlu diidentifikasi terutama siapa saja aktor yang sebenarnya memiliki kepentingan dan terlibat langsung dalam pengelolaan, dan hal yang kedua adalah mengidentifikasi peran serta tanggung jawab dari masing- masing aktor tersebut dalam pengelolaan.

Ketika kedua hal di atas terdefinisi dengan jelas, maka sebaiknya juga dapat disimpulkan sebuah model ideal bagi jejaring yang telah tercipta/terlibat dalam pengelolaan Bendung Colo. Model ini penting untuk dirumuskansebagai dasar pola kinerja masing-masing aktor, dan juga dapat dijadikan sebuah bahan pembelajaran agar dapat dilakukan koordinasi yang lebih baik dan terpadu di masa yang akan datang. Dengan adanya model yang telah di rumuskan ini maka, sistem dan alur koordinasi dapat berjalan dengan jelas tanpa perlu menabrak kepentingan masing-masing aktor. Berbagai aturan formal yang diterbitkan oleh pemerintah pusat hingga daerah sebagai landasan kerja sama ini juga menggambarkanwujud koordinasi antar aktor. Berbagai permasalahan terkait teknis operasional jaringan dan pemeliharaan juga banyak ditemui di lapangan, menjadi pekerjaan rumah bagi para aktor kebijakan untuk dirumuskan solusinya.

 ..rest of the journal can be read in Journal of Politic and Government Studies Volume 2, Nomor 2, Tahun 2013, link: http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jipf/article/view/2153


*Tulisan ini dibuat sebagai salah satu syarat kelulusan S-1 Jurusan Ilmu Pemerintahan, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Diponegoro oleh Ridwan A. Budyantoro.