Monday 8 April 2013

Berdaya Sesarengan: Usaha Penggemukan Sapi bagi Masyarakat Pedesaan

Source: ditjennak.deptan.go.id 


Saat ini, pemenuhan kebutuhan sapi di dalam negeri mendesak untuk bisa ditingkatkan ketersediannya. Kita semua tahu betapa luar biasanya harga daging sapi di pasaran di seluruh Indonesia. Berbagai media massa bahkan menyebutkan bahwa harga daging sapi per kilogram di Indonesia adalah yang termahal di seluruh dunia. Kita tidak perlu bangga untuk prestasi yang satu ini. Karena hal ini justru menjadi indikasi betapa Pemerintah Indonesia belum menunjukkan usaha perlindungan konsumen atas harga yang mahal ini. Padahal bagaimanapun juga daging sapi merupakan salah satu bahan makanan penunjang gizi yang penting bagi masayarakat. 

Namun di sisi lain, dengan mahalnya harga daging sapi ini juga memberikan keuntungan bagi peternak, importir daging sapi, dan para pedagang daging sapi. Pada kondisi ini terjadilah sebuah ironi, bahwa kenyataanya keuntungan hanya dinikmati sebagian kecil kalangan di negeri ini. Belum lagi terkuaknya kasus penyuapan untuk mempengaruhi kebijakan impor daging sapi oleh sebuah perusahaan importir kepada oknum legislator di Senayan baru-baru ini. Hal tersebut semakin menunjukan bahwa memang ada sebuah pekerjaan rumah penting yang harus segera dicarikan jalan keluarnya.

Upaya pemenuhan kebutuhan daging sapi ini ternyata juga diiringi persoalan-persoalan lain, salah satunya yaitu bagaimana upaya yang dapat kita lakukan untuk mendorong produksi daging sapi di dalam negeri lebih meningkat. Artinya kita tidak perlu lagi untuk bergantung kepada daging-daging impor yang berasal dari berbagai negara. Hingga saat ini saja, hampir setengah dari kebutuhan daging sapi di Indonesia dipenuhi dari impor (Fikar dan Ruhyadi, 2010). Menurut Dirjen Peternakan RI, Kebutuhan sapi potong nasional pada tahun 2009 mencapai 2,1 Juta ekor sapi. Sebanyak 1,1 Juta ekor dari kebutuhan tersebut dipasok dari impor. Dengan asumsi jumlah penduduk Indonesia 240 Juta Jiwa dan konsumsi daging sapi 1,8 Kg/kapita/tahun, saat ini dibutuhkan 432 Juta Kg daging sapi atau jika dikonversikan menjadi sapi hidup setara dengan 2,5 Juta ekor sapi. Impor-impor yang dilakukan terutama berupa bakalan sapi potong. Bagi kita setelah mengetahui fakta tersebut, apakah hal ini menjadi tantangan atau sebuah peluang? Seharusnya hal ini sama sekali tidak tantangan. 

Sebagai konsekuensi dari kecenderungan peningkatan kebutuhan daging sapi untuk berbagai keperluan domestik, maka kondisi ini menjadi peluang bisnis yang sangat menggiurkan untuk beternak sapi potong. Tentu bagi mereka yang pandai menangkap peluang tersebut, kondisi ini memicu upaya untuk mengembangkan usahanya. Atau setidaknya bisa di dorong dengan berbagai upaya menambah jumlah peternak baru dengan bekal potensi alam dan sumber daya manusia di Indonesia yang melimpah. Logikanya perlu diciptakan kondisi yang seimbang antara supply dengan demand di pasaran. Apalagi pemerintah telah mencanangkan swasembada daging pada tahun 2014 yang ternyata hanya tinggal setahun lagi dari sekarang. 

Program “Desa Berdaya” yang dirancang oleh PT RNI yang akan berlokasi di Majalengka, Jawa Barat ini memang urgen untuk dilaksanakan. Program ini merupakan wujud tanggung jawab sosial perusahaan dengan fokus tujuan pemberdayaan masyarakat sekitar. Kegiatan pemberdayaan peternak dimaksud adalah upaya mengubah kesadaran, memperkuat keinginan dan perlakuan masyarakat peternak sebagi obyek atau pelaku yang berperan dalam peningkatan mutu genetik ternak sapi lokal agar diperoleh bibit yang baik secara mandiri (Arifin, 2009). Pemberdayaan juga berarti proses yang mengembangkan dan memperkuat kemampuan masyarakat untuk terlibat dalam pembangunan yang berlangsung secara dinamis sehingga masayarakat dapat menyelesaikan masalah yang dihadapi serta dapat mengambil keputusan secara bebas dan mandiri (Gitosaputro, 2006 dalam Arifin 2009). 

Outcome dari program ini diharapkan tidak hanya mendorong masyarakat desa setempat lebih mandiri secara finansial dengan pengembangan kewirausahaan penggemukan sapi. Namun, akan lebih mulia jika program ini juga dapat menjadi salah satu pendukung suksesnya pemenuhan kebutuhan daging sapi melalui upaya-upaya masyarakat kita sendiri. Sehingga masyarakat peternak mendapat keuntungan materi dan memperoleh peningkatan keahlian beternaknya, sedangkan masyarakat Indonesia pada umumnya terbantu ketersediaan daging sapi di pasaran. Roda perekonomian yang lebih luas pun akan ikut tergerak seperti misalnya usaha pembibitan, sarana produksi, pakan, dan obat-obatan. Yang ketiga diharapkan pula, bahwa melalui program ini terutama dengan pengerahan para sarjana terdidik dari berbagai universitas dan berbagai background pendidikan dapat meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat desa secara umum. Terutama peningkatan kualitas kesehatan, pendidikan, lingkungan, serta ekonomi melalui pengembangan usaha kecil menengah dengan berbagai program yang dapat dirancang sesuai dengan kebutuhan masyarakat desa setempat 

Saya pribadi melalui program “Desa Berdaya” ini memiliki beberapa rencana program yang bisa diselenggarakan sebagai upaya pemberdayaan masyarakat desa lingkungan peternakan sapi. Berdaya Sesarengan (Berdaya Bersama-sama) adalah prinsip dan juga visi yang hendak diwujudkan pada akhir program. Slogan ini terinspirasi dari sebuah social entrepreneurship project bernama Moo’s Project oleh remaja pemenang Ashoka Young Changemaker 2008, Kusuma Diah Sekararum. Berikut penjabarannya:

1.      Komunitas Peternak Berdaya
Pembentukan kelompok-kelompok peternak akan mempermudah sistem pemberdayaan dan pengoranisasian para peternak sapi di semua lingkup desa yang menjadi fokus pelaksanaan Program Desa Berdaya. Kelompok peternak dibentuk mulai dari level desa, kecamatan, hingga kabupaten untuk mempermudah alur koordinasi dan informasi antar stakeholder. Khususnya pemerintah (dinas terkait), para peternak, PT RNI, dan juga para pemberdaya. Berkomunitas juga memberikan manfaat lebih bagi para peternak seperti forum sharing sarana prasarana, jaringan penjualan, sharing solusi masalah teknis peternakan, dll. Dengan pembentukan komunitas ini tentu perlu diiringi dengan penetapan lokasi sekretariat bersama dan channel-channel komunikasi yang berfungsi sebagai ujung tombak informasi, pemasaran, dan media berkumpulnya para peternak dengan para stakeholder.

2.      Integrasi Industri Peternakan Sapi
Sistem yang terintegrasi perlu dibuat. Terutama demi memaksimalkan lingkaran potensi peternakan sapi mulai dari sektor hulu hingga ke hilir. Dari usaha pembibitan, penggemukan, penyediaan pakan berkualitas, rekayasa ilmiah, obat-obatan, dll. Semua tetap mengedepankan prinsip Berdaya Sesarengan. Artinya partipasi masyarakat di dorong semaksimal mungkin agar dapat menyediakan semua kebutuhan tersebut melalui usaha sendiri dengan di fasilitasi para pemberdaya dan PT RNI serta instansi pemerintah dan penyelenggara program terkait.

3.      Pembentukan POSDAYA di desa-desa binaan
POSDAYA merupakan akronim dari Pos Pemberdayaan Masyarakat. Dimana program ini merupakan integrasi dari aspek-aspek kehidupan masyarakat di desa dengan mewadahi semua lembaga dan organisasi desa dalam satu koordinasi. 4 pilar yang diupayakan pengembangannya di dalam POSDAYA adalah kewirausahaan (UKM), kesehatan, lingkungan, dan juga pendidikan. Program-program turunan dapat dibuat berdasarkan 4 pilar ini sesuai potensi dan kebutuhan desa setempat. (Contoh: usaha-usaha pengelohan daging sapi oleh warga desa setempat seperti untuk dendeng, abon, dan pengolahan kulit sapi. Sehingga setiap bagian dari sapi dapat bernilai ekonomis dan memberikan keuntungan bagi warga masayarakat). Keaktifan dan keefektifan dari POSDAYA ini bisa di monitoring dan di evaluasi bersama oleh perangkat desa, tim pemberdaya, dan Pemerintah Kabupaten setempat. Pengurus POSDAYA tidak berdiri di bawah perangkat desa melainkan sejajar, sehingga sifat koordinasinya saling bersinergi demi kemajuan desanya.

4.      Festival Sapi Majalengka
Festival ini memiliki konsep seperti pestanya warga desa dengan mengedepankan aspek peternakan sapi sebagai ikon utama desa. Festival ini bisa diadakan dalam waktu tertentu seperti pada saat puncak panen dari usaha penggemukan sapi dari setiap kelompok peternak (3/4bulan sekali). Masing-masing kelompok bisa menampilkan sapi-sapi terbaik hasil penggemukannya yang kemudian di display untuk diperlihatkan. Ajang ini dikemas bersama acara hiburan, promosi usaha penggemukan sapi milik para kelompok peternak, serta sebagai ajang jual beli langsung hasil peternakan. Program-program yang dihasilkan melalui POSDAYA bisa ikut pula ditampilkan. Ajang ini wajib melibatkan para stakeholder yaitu masyarakat umum, peternak, pemerintah daerah, dan Perwakilan PT RNI berkumpul bersama dalam satu event. Sapi-sapi terbaik ini juga dapat dilelang mirip konsep lelang bandeng yang ada di daerah Juwana, Pati. Dimana para pemodal, pejabat dapat mendapatkan sapi-sapi terbaik hasil penggemukan masayarakat melalui proses lelang terbuka. Program ini diharapkan dapat memacu para peternak untuk memproduksi/menggemukan sapi-sapi yang berkualitas, sehat, dan  ekonomis. Tidak lupa pula media-media massa dilibatkan untuk membantu aspek pemasaran dengan peliputan agar potensi penggemukan sapi di wilayah Majalengka lebih dikenal luas.

Pemaparan konsep di atas dapat diupayakan bersama-sama dengan melibatkan kontribusi semua pihak terutama partisipasi aktif masyarakat desa setempat. Karena merekalah subyek sekaligus obyek dari program Desa Berdaya ini. Dengan sinergi dan usaha yang keras, maka tantangan pemberdayaan peternak sapi dapat menjadi peluang yang menguntungkan demi mencapai desa yang berdaya, mandiri, dan sejahtera. Lebih khusus membantu ketersediaan stok daging sapi nasional. Insya Allah.




Daftar Pustaka:
Fikar, Samsul dan Ruhyadi Dadi.2010.Beternak dan Bisnis Sapi Potong.Agromedia Pustaka:Jakarta

Arifin, Johar.2009.(Jurnal).Pemberdayaan Peternak Sapi Pesisir Garut Selatan Melalui Introduksi Pengetahuan dalam Kegiatan Peningkatan Mutu Generik Ternak (kasus di kelompok Tani Sapi Pasir Pogor Kecamatan Pemeungpeuk Kabupaten Garut, Jawa Barat).Fakultas Peternakan Universitas Padjajaran.Bandung.



*Tulisan ini di buat awal Maret, 2013 sebagai syarat keikutsertaan untuk Program Desa Berdaya yang diselenggarakan PT RNI. Revisi dari tulisan asli dilakukan seperlunya.







No comments:

Post a Comment