Sunday 29 April 2012

Give more, achieve more (even more and more)

Source: Google


Bagian cerita hidup kali ini, saya sebut Give more, achieve more (even more and more) :)

Masih sedikit berhubungan dan punya alur cerita yang mirip dengan postingan saya terdahulu Rp 1.000 x 10 = ? . Yup, sekali lagi saya merasakan bahwa Tuhan tidak pernah mengingkari janji-Nya.

Jum'at 27 April yang lalu adalah titik mula cerita ini. Seusai sholat Jum'at di Masjid Pangeran Diponegoro (lagi), saya mencari kotak infaq yang tersedia di bagian belakang untuk tujuan akhir atas sejumlah uang yang telah saya siapkan. Yup, kali ini pun tak seberapa, hanya Rp 2.000,00. Seketika saya selipkan uang itu di lubang kotak tersebut, sambil lalu saya melihat selembar brosur di atas kotak. Yup, semacam brosur2 yang sering ada dan di sebarkan bagi jama'ah di masjid. Lalu terbawalah pulang kertas tersebut oleh tangan saya.

Coba tebak apa isinya??? *tepuk meja plisss* hehehe,

Dan... brosur kertas yang mungkin terabaikan oleh orang lain ini ternyata adalah sebuah tiket gratis (fasilitas sponsor) untuk sebuah seminar yang dilaksanakan hari ini, Minggu 29 April 2012, di Hall Masjid Agung Jawa Tengah. Sebelumnya saya tidak banyak berharap, tapi IYA pasti dalam setiap doa ada permohonan kepada-Nya untuk kelimpahan Rahmat serta Rejeki yang luas selalu terucap. Semua pasti tahu, rejeki bukan selalu dalam bentuk uang, karena turunnya hujan itu rejeki, kelengkapan anggota tubuh itu rejeki, udara yang kita hirup pun rejeki, dan banyak lagi. Betul tidak? :)

Yang terutama pada momen ini, bagi saya selembar tiket gratis tersebut adalah 'rejeki'. Saya meyakini ini merupakan 'sebuah balasan' yang Dia janjikan atas orang orang yang menyisihkan sebagian hartanya bagi orang lain. Biasanya saya berpikir 2/3x atau bahkan lebih untuk yang kaya gini (nemu nemu brosur). Tapi hari itu tidak. Cukup sekali saya baca, dan langsung saya tulis dalam agenda bahwa saya harus datang ke seminar tersebut. Pasti! Dan, Alhamdulillah puji syukur, karena Tuhan mengijinkan saya untuk datang dan mengambil banyak manfaat dari acara ini.

"How to be Debt Free+Launching Gerakan Kebangkitan Ekonomi Umat" 
Kebetulan kalimat di atas adalah tajuk acara tersebut. Yup acara ini diselenggarakan oleh Indonesia Islamic Business Forum (IIBF) Semarang. Pernah baca buku "10 Pengusaha Yang Memulai Bisnis dari Nol" karya Sudarmadi? Nhah, pembicara utama seminar ini adalah salah satu orang Indonesia yang ditulis kisah hidupnya dalam buku tersebut. Nama beliau adalah Heppy Trenggono. Direktur United Balimuda International, Presiden IIBF, dan penggagas Gerakan "Beli Indonesia" (Silahkan tanya Mbah Google untuk tahu profil lengkapnya).

Dalam perjalanannya, beliau pernah bangkrut 2 kali dalam usahanya, kerugiannya(utangnya) mencapai 35 miliar dan 62 miliar rupiah. Bayangkan, uang segitu untuk beli bakso bro :D *yahhh, bayangkan saja,hehe* Namun kini beliau adalah salah satu pengusaha yang sukses dan tidak segan berbagi kisah hidupnya bagi kepentingan dan kemajuan ummat banyak.

Peserta acara tadi pun tak hanya dari Semarang. Lampung, Jakarta, Kediri, Magetan, bahkan Kalimantan Timur pun ada yang datang. Salut saya atas usaha beliau beliau ini mengejar ilmu sampai Semarang.

Sedikit lepas dari siapa pembicara dan content acaranya yang bisa saya share di bagian lain (karena begitu berharganya isi seminar ini). Hal yang saya syukuri adalah ketika saya tahu, mereka yang ada di kursi peserta VIP di seminar ini haruslah membayar Rp 250.000,00 dan kursi reguler Rp 80.000,00. Subhanallah, dan saya hanya membayar 'RP 2.000,00' saja dengan ilmu-ilmu baru dan pengalaman yang sama bisa saya dapatkan. Kursi pun saya bisa nyempil ke bagian depan dengan pedenya :D

Yah walupun memang, pengecualian atas nasi kotak, snack, notes, & majalahnya yang tak saya dapat dan sebaliknya mereka dapat. Tapi bukankah orang yang datang ke seminar lebih karena motif: Siapa pembicaranya, apa topiknya, apa content pembicaraan speakernya, dan kadang (juga karena) berapa harga tiketnya, bukan apa fasilitasnya yang bisa di dapat?

Dan 'isi-isi' seminar itulah yang saya dapat. Antara lain point yang saya catat, bahwa kekayaan itu bukan pada 'berapa tabungan kita' tapi kekayaan itu adalah pada 'karakter seseorang'. Bahwa 'My Family is my number 1 client'. Bahwa hutang itu muncul karena ada 'benang merah' atas permasalahan karena kualitas hubungan kita dengan Tuhan dan orang lain. Bahwa Rejeki itu ada '4 level'. Juga lebih tahu kondisi real perekonomian di Indonesia dibanding sekeliling. Juga, bahwa saya lebih paham lagi  Tuhan harus selalu dilibatkan dalam setiap usaha kita. Jadi tahu lebih dalam 'peran' IMF dalam kemandekan produksi IPTN/PT DI dan perekonomian negara secara umum. Jadi lebih paham efek kapitalisme bagi Indonesia (baca: rakyat kecil Indonesia & negara berkembang lain), dan sebagai-bagainya.

Ah, terlalu banyak untuk dicatat bahkan. Bukankah itu rejeki yang berlimpah bro?



@RidwanAb * (sengaja saya sebutkan nominal asli sebagai perbandingan. Insya Allah tidak ada unsur riya' (Niat saya biar dinilai langsung sama Yang Maha Menilai) karena ada beberapa ahli/ulama yang tidak melarang kisah pemberian dibuka demi kepentingan syiar dan inspirasi bagi yang lain. Itu tujuan saya)




Thursday 19 April 2012

Semarang Great Sale


Semarang Great Sale: Evaluasi Program dari Sebuah Kemitraan Sektor Publik dan Privat


 Semarang Great Sale (Semargres) mulai diadakan rutin sejak dua tahun terakhir. Semenjak di rintis pertama kali tahun 2010, event ini selalu diselenggarakan pada penghujung tahun yaitu pada Bulan Desember. Seperti tahun sebelumnya, mulai 1 -31 Desember 2011 kemarin kota Semarang kembali mengadakan gawe besar yaitu Semarang Great Sale 2011.  Kegiatan ini menjadi program unggulan Walikota Soemarmo sejak terpilih sebagai Walikota Semarang, karena ingin memajukan kota Semarang sebagai kota jasa dan perdagangan.  Dimulai dengan Pameran Buku di Gedung Wanita, Pameran Komputer dan hampir sebagian besar mall dan pusat perbelanjaan di kota lumpia ini menawarkan potongan harga / diskon yang menarik.  

Bahkan ada mall yang mengadakan ”Midnight Sale” yaitu diskon besar menjelang tengah malam. Meski ada pro dan kontra terhadap kegiatan ini, namun patut diapresiasi langkah maju Walikota Semarang ini. Karena sudah menjadi rahasia umum sebelumnya bahwa banyak masyarakat kota Semarang yang mampu tetapi justru tidak membelanjakan uangnya di Semarang tapi justru ke luar kota bahkan ke luar negeri. Dengan konsep Semarang Great Sale, dimana hampir semua turut berpartisipasi baik itu mal, ruko, pertokoan, restoran, tempat wisata, kuliner, dll, diharapkan roda perekonomian di kota Semarang makin berputar dan bahkan kegiatan ini dapat mendatangkan wisatawan domestik maupun mancanegara.

 Hal ini tentunya akan berdampak positif bagi masyarakat kota Semarang dan visi kota Semarang sebagai kota jasa dan perdagangan dapat terwujud.   Jejaring/network yang dibangun tidak hanya mendasarkan kerja sama antar aktor dalam birokrasi pemerintahan tapi juga dengan masyarakat, pihak swasta yang berkepentingan bahkan kerja sama antar daerah yang terbentuk karena adanya kepentingan bersama yang menjadi pendorong adanya sinergi. Kemitraan diantara sekrot publik dan sektor privat atau public private partnership (PPP) saat ini telah menjadi standart konsep dalam lingkungan pemerintahan lokal (Harsastro, 2012:4). Dalam contoh kasus penyelenggaraan Semargres ini, para aktor membangun kolaborasi bersama dengan Pemkot Semarang berfungsi sebagai network manager. Dimana Pemkot Semarang memegang wewenang kekuasaan dalam jejaring, karena:

 (a) Pemkot Semarang yang mengontrol aliran sumber daya ini atau ada di pusat jejaring aktivitas kolaborasi antar aktor dalam network Semargres.
 (b) Network manager juga bertanggung jawab, membangun aliansi dengan kelompok-kelompok luar dan secara efektif menghubungkan kelompok stakeholders yang seringkali memiliki kepentingan yang bervariasi dan bisa bertabrakan. 

Dua kelompok ini penting bagi manajemen network, masing-masing memiliki kriteria sendiri dalam memberikan penilaian apakah jejaring sudah berjalan dengan baik. Disini, kelompok-kelompok luar dari sekor privat terdiri dari: Kadin Semarang, ASITA, Indonesia Marketing Association, Himpunan Pengusaha Muda Indonesia, Perhimpunan Hotel dan Restaurant Indonesia Jawa Tengah, APPBI(Asosiasi Pengelola Pusat Belanja Indonesia), dan KADIN Semarang. Dengan area kewenangan dan corework yang berbeda mereka menciptakan kolaborasi, saling berkerja sama dengan memanfaatkan dan memaksimalkan jejaring di masing-masing stakeholders. Ada tiga hal yang perlu diperhatikan dari fakta ini, yaitu (Harsastro, 2012:4):

(1)   Pencapiaan tujuan tiap-tiap aktor secara individual memerlukan aktivitas oleh aktor lain. Sehingga prinsip saling menyesuaikan secara bersama-sama (mutual adjustment) merupakan persyaratan utama.
(2)   Pengetahuan dan sumber daya yang diperlukan untuk mencapai hasil yang diinginkan, terdistribusikan kepada berbagai aktor. Pentingnya suatu sumber daya bukanlah sesuatau yang given, tetapi tergantung nilai yang ditetapkan oleh aktor lain. Dukungan moral misalnya telah menjadi sumber daya penting dalam pengambilan keputusan. Kontrol terhadap sumber daya yang berserakan semacam ini menciptakan suatu dunia tanpa ada yang menjadi penanggungjawabnya.
(3)   Kompleksitas merupakan hasil dari proses aktor, disini sumber daya tak tergantikan untuk suatu aktivitas bersama. Tiap-tiap aktor masing-masing memebawa persepsi dan strategi mereka. 

Masyarakat sebagai sasaran utama perhelatan event ini merasakan banyak manfaat dengan banyaknya diskon, kemudahan dalam transaksi belanja, penawaran promo yang lebih dari biasanya. Hal ini memberikan masyarakat banyak pilihan dan alasan untuk berkunjung ke Semarang jika mereka dari luar kota, atau bagi masyarakat Semarang sendiri untuk bisa tetap tinggal menikmati Semarang lebih dalam apalagi penyelenggaran event ini bertepatan pada akhir tahun.

Sebagai evaluasi event Semarang Great Sale atau Semargres diharapkan bermanfaat untuk masyarakat secara luas tanpa melihat status sosial dan ekonomi. Dalam artian acara tidak hanya seremonial tapi langsung bersentuhan dengan rakyat kecil. Evaluasi tersebut antara lain :
 (a) Sejauh ini program Semargres belum bersinggungan langsung dengan masyarakat. Masih banyak kegiatan yang hanya bersifat seremonial tanpa melibatkan rakyat golongan menengah ke bawah.
(b) Potongan harga yang diberikan masih sebatas untuk kalangan menengah atas, seperti diskon di pusat perbelanjaan, toko, mal, restoran, kafe, hotel, dan tempat wisata yang kadang tidak terjangkau masyarakat menengah bawah (belum ada data pasti yang mendukung).
(c) Belum ada arah kebijakan untuk mencoba membuat program potongan harga yang bisa menguntungkan rakyat kecil seperti misalnya melibatkan aktor lain yang lebih luas yang berasal dari instansi pemerintahan/BUMN/BUMD. Misalnya saja diskon tarif PDAM, operasi pasar untuk sembako murah dengan melibatkan BUMN, pelayanan kesehatan dan pengobatan murah langsung ke tengah area masyarakat pinggiran, dll. 

Jadi program Semargres sebaiknya tidak sekadar dirasakan oleh pihak kedua yaitu sektor privat dan masyarakat kelas menengah atas. Sebab program ini menggunakan APBD sebanyak Rp 450 juta. Namun di sisi lain,  hasil evaluasi penyelenggaraan Semarang Great Sale  banyak partisipan menilai, kegiatan ini membawa hasil yang positif dan signifikan. Omzet penjualan lebih tinggi dan jumlah pengunjung meningkat dibanding dengan sebelumnya. Data Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) mencatat okupansi di Kota Semarang meningkat sekitar 15% dibanding periode yang sama tahun sebelumnya. 

Dalam perhelatan ini, Kadin Jawa Tengah dan PT Suara Merdeka Group menjadi mitra pendukung Pemkot Semarang. Sinergitas tersebut  juga didukung APPBI (Asosiasi Pengelola Pusat Belanja Indonesia) Jateng dan DIY, serta Aprindo (Asosiasi Pengusaha Retail Indonesia) Jateng yang berada di garda depan dalam kesuksesan acara ini, di samping PHRI, ASITA, Pusat Oleh-Oleh dan Jajan Jl Pandanaran, UMKM, serta tempat wisata dan hiburan Kota Semarang. 

Dengan jejaring yang luas di atas, yang kebetulan jika penulis boleh menilai jejaring ini (selain pemkot) beranggotakan para golongan atas dan para pemilik modal dan sangat berorientasi pada profit bagi jaringan usahanya. Karena para ketua asosiasi-asosiasi tersebut beserta anggotanya merupakan kumpulan para pengusaha Semarang yang bergerak di berbagai bidang usaha. Hal inilah yang menurut saya penting untuk dijadikan pemikiran Pemerintah Kota bagi penyelenggaraan di tahun berikutnya. Saran dari penulis :

(1)            Orientasi penyelenggaraan Semarang Great Sale sebaiknya diarahkan tidak hanya pada pergerakan dan perputaran ekonomi semata, tapi juga menekankan pada ranah sosial dengan harapan manfaatnya dapat menyentuh segenap lapisan masyarakat
(2)            Manajemen network yang melibatkan unsur-unsur lain seperti dari Komunitas-komunitas common interest di Semarang atau sosial masyarakat di Semarang, dan BUMN/D
(3)            Menyerahkan fungsi pengawasan dan kontrol network dari Pemerintah Kota Semarang kepada salah satu SKPD/ Dinas yang terkait (misalnya: Dinas Pariwisata dan Kebudayaan, Dinas Perindustrian dan Perdagangan, Dinas Pengelolaan Pasar, atau Dinas pengelola Kekayaan Daerah) sebagai landasan alokasi pos APBD yang lebih jelas dan dapat memaksimalkan potensi PAD bagi Kota Semarang

Ke depannya, event Semarang Great Sale yang diadakan untuk membangkitkan semua potensi yang ada di Kota Semarang untuk memajukan kepariwisataan dan perdagangan semoga dapat memberikan manfaat yang lebih meluas terutama semua masyarakat di berbagai kelas. Tidak hanya terlihat megah, tapi dapat langsung dirasakan senagai salah satu fungsi pelayanan publik yang memadai.






Sumber: 
- Studi pustaka dari berbagai media dan observasi
-"Desentralisasi dan Kerja Sama Pemerintah - Swasta" oleh Priyatno Harsastro, Majalah Penegmbangan Ilmu Sosial 'FORUM', FISP, UNDIP Vol. 40-1. Februari 2012 



@RidwanAb

Wednesday 18 April 2012

The next #1 legend has born in United?






Ketika Manchester United memasuki musim 2010/2011, muncul berbagai kekhawatiran dari fans (termasuk saya) akan pensiunnya beberapa legenda klub yang telah berkontribusi besar. Sebut saja Gerry Neville, Paul Scholes, dan terutama posisi penjaga gawang nomer satu saat itu yaitu Edwin Van Der Sar. 


Bagi saya selama Van Der Sar di MU meskipun datang dalam usia yang tidak lagi muda, dia berhasil memberikan rasa aman sebagai benteng terakhir pertahanan MU. Hingga pada akhirnya bersama jalannya musim, berbagai rumor dari media di Inggris mulai mengabarkan bahwa Sir Alex Ferguson (SAF) tertarik mendatangkan kiper muda dari Spanyol.

Yup, tak lain dia adalah David De Gea Quintana. Pemuda yang bahkan pada saat itu masih berusia 20 tahun didikan Athletico Madrid. Dia lahir di Ibukota Spanyol pada 7 November 1990 (ckck..bahkan saya lebih tua dari dia-___-). 


Di klub tersebut performanya terbilang cukup fenomenal dan cepat bersinar. Dia memulai debutnya di tim Senior Athletico Madrid pada usia 19 tahun. Tepatnya pada 30 September 2009, dia menggantikan Roberto yang cedera saat pertandingan UEFA Champions League melawan F.C. Porto, meskipun akhirnya timnya mengalami kekalahan 2-0.(dari Wikipedia)

De Gea memulai musim 2010-2011 dengan gemilang, membantu Atletico memenangkan UEFA Super Cup: di 90 menit dari kemenangan 2-0 melawan Inter Milan.

Karier De Gea juga semakin melesat setelah bermain baik sepanjang musim 2010-2011, dan pada puncaknya, De Gea membawa timnas U-21 Spanyol menjuarai Euro U-21 di Denmark. Total dia ‘hanya’ butuh waktu 2 tahun bermain di tim senior untuk menunjukan bakatnya sebagai kiper handal kepada dunia. Setidaknya, SAF pun sangat yakin dengan kemampuan pemuda ini. 


Maka pada musim panas 2011, David De Gea resmi hijrah dari klub Atletico Madrid ke Manchester United dengan biaya transfer £18.5 juta. Sebuah rekor tersendiri bagi transfer pemain di posisinya. Dia memecahkan rekor sebagai kiper termahal se-Inggris raya, memecahkan rekor transfer sebelumnya milik Craig Gordon yang dibeli Sunderland seharga £9 juta.

Dia memulai bermain di Manchester United (MU), salah satu tim besar dengan sejarah gemilang di daratan Inggris pada beberapa laga pra musim. Amerika Serikat menjadi awal adaptasinya dengan rekan rekan di tim baru dalam rangkaian tur MU.

Namun, saya yakin bagi sebagian besar fans MU, moment yang akan paling diingat adalah debutnya ketika ikut mengantar MU menjadi juara Community Shield. Pertandingan awal musim antara juara Barclays Premier League (BPL) musim sebelumnya dengan juara piala FA.





Kebetulan sekali, lawan MU saat itu adalah ‘si tetangga berisik’ Manchester City. Dalam 2x45 menit dia menampilkan performa yang boleh dibilang jauh dari harapan meskipun pada akhirnya MU unggul 3-2 atas City. 
Hal ini menjadi awal mula keraguan banyak fans atas performannya terutama ketika gagal menahan tendangan jarak jauh Edin Dzeko yang boleh dibilang hanya ‘tendangan khas latihan’, tidak keras dan hanya mendatar.

Keraguan saya pun sebagai fans MU semakin membuncah pada diri De Gea, dalam ingatan saya ada 2 kejadian fatal ketika dia tidak mampu menahan tembakan dari luar kotak 12 pas oleh Shane Long, dan yang kedua adalah ketika dia salah mengantisipasi bola sepak pojok pada saat MU melawan Blackburn.

Postur, rabuh jauh, skill, dan kendala bahasa
Berbagai analisa dijelaskan, fakta diungkapkan, dan pembelaan pun keluar dari manager, rekan tim, maupun media. Kenyataan bahwa dia bertinggi badan 193 cm namun hanya dengan berat badan 76 kg menunjukan postur badannya kurang ideal (kurang besar/berotot) bagi ukuran kiper di BPL yang terkenal mengedepankan fisik selain kecepatan. Ini adalah salah satu analisis kelemahan dia sebagai kiper. Kemampuannya memotong bola bola crossing dan tembakan jarak jauh menjadi PR buat De Gea menurut pengamatan saya menilik performanya di awal musim.

Hal yang tidak kalah menghebohkan adalah ternyata De Gea selama ini mengalami rabun jauh (minus) pada matanya. Percaya? Hehe saya pun kaget ketika pertama kali membaca fakta tentang dia. Selama tampil di lapangan dia ternyata terbantu penglihatannya karena menggunakan soft lense. Namun, saat bersamaan saya juga lega karena dia telah merencanakan untuk melakukan operasi mata di akhir musim agar penglihatannya kembali normal :)

Salah satu kendala lain yang membuat dia kurang cepat bisa beradaptasi adalah dia datang di Inggris namun tidak bisa sama sekali berbahasa Inggris. Padahal sebagai ‘jendral’ di depan gawang dia penting menggalang koordiasi dengan quartet back ataupun pemain yang lain lewat komunikasi verbal. 


Namun SAF tentu tidak tinggal diam, karena saya mendengar bahwa dia intens belajar bahasa Inggris di sela sela latihan tim. (wew,, haha sok mendengar macam pengamat bola :D)



 


Di saat penampilannya yang masih angin anginan dia beberapa kali di bangku cadangkan seiring penampilang yang menjanjikan dari kiper kedua MU (yang sebenarnya lebih tua, berusia 27 tahun) yaitu Anders Lindegaard. 

Buat saya ini ‘hukuman’ yang adil bagi De Gea untuk memacunya menunjukan performa yang lebih bagus. Media massa di Inggris yang terkenal ‘kejam’ berkomentar teradap dunia persepakbolaan juga dengan tegas menghakiminnya atas penampilan di bawah standart bagi seorang kiper di klub selevel MU.

Namun, fakta di lapangan berbicara lain. Waktu yang menjawab semua keraguan ketika setelah masuk paruh musim kedua dia menunjukan performa yang gemilang. Bahkan tercatat dia salah satu dari sekian kiper di BPL yang melakukan sekian banyak penyelamatan atas shoot on goal di lapangan. Kini di lapangan dia juga terlihat lebih tenang dan percaya diri.

Bagi saya performanya yang terus membaik ini juga yang telah membantu MU akhirnya berhasil merebut singgasana klasemen dari City (meskipun bagi banyak fans, penampilan MU sebagai tim di level Eropa musim ini mengecewakan). 


De Gea juga berhasil mencetak beberapa kali clean sheet. SAF sebagai menager tentu senang dengan perkembangan kiper mudanya ini, demikian pula pujian juga mulai mengalir kembali dari rekan rekan setim bahkan media yang sempat dengan pedas mengkritiknya.

Dalam hati saya yakin, potensi De Gea akan semakin terasah dengan perlakuan yang tepat. Sudah menjadi rahasia umum bahwa SAF sering mandatangkan pemain muda namun mampu memolesnya menjadi super star semacam Christiano Ronaldo ataupun David Beckham. 

Kecepatannya, keluwesan gesture tubuhnya, dan kepercayaan diri De Gea akan membawa dirinya sendiri dan MU ke level yang lebih tinggi di masa masa yang akan datang. Maka tidaklah heran jika dia telah digadang gadang akan menjadi suksesor Iker Cassilas di depan gawang timnas Spanyol yang selama ini tak tergantikan.





Lalu pencapaian terdekat apa yang saya harapkan? Hanya satu, 

Tolong ya dek De Gea,, bawa MU merebut title Premier League ke-20 musim ini.OK?:D



@RidwanAb

Satu Frekuensi.. #KKN



Pernah dengar ilmu Fisika yang mengajarkan tentang hukum keselarasan resonansi?
Hehe..saya juga baru diingatkan kembali kok gara gara baca sebuah buku, apalagi jiwa raga ini dulu waktu SMA belajar di jurusan IPS..

Oke balik ke yang namanya RESONANSI tadi. Hukum ini menyebutkan apabila ada dua objek atau lebih memiliki keselarasan gelombang yang sama, maka mereka akan saling beresonansi. 

Jika ditarik akar ke dalam sebuah hubungan dua individu yang memiliki visi, mimpi, perhatian, dan passion yang sama pasti akan saling beresonansi. (dari @JoseCarol di buku Your Journey To Be the #UltimateU-nya Rene)

Kalau bahasa yang suka saya pakai.."Kita punya fekuensi yang sama..:)" yah semacam itu, aku, kamu, kita, kam,, mereka, dan bermacam kelompok orang yang secara sadar atau tidak telah membentuk sebuah 'koloni' ternyata memiliki sebuah benang merah kesamaan yang tarik menarik dan akhirnya menyatukan.

Get my point?

Nah kenapa tiba tiba saya bicara soal RESONANSI? here we go..
Pernah ngrasain salah satu fase kuliah yang namanya #KKN. Udah? belum? atau mungkin ga bakalan ngrasain karena di kampusmu ga ada program macem ini? hehe..

Yup.. Kuliah Kerja Nyata (baca: #KKN), atau yang sebagian teman teman saya bilang kalau #KKN ini akronim dari Kisah Kasih Nyata:). Apa lagi itu? Tanyakan saja sama mereka yang pernah ngrasain ya, karena itu bukan point tulisan ini..(ehemm, *benerin dasi*).

Jadi saya yang kebetulan mahasiswa tingkat akhir ini, baru sekian bulan kemarin menikmati yang namanya #KKN tepatnya bulan Januari 2012- Februari 2012. Entah ada apa dengan Kudus, tapi disitulah pimpinan LPPM (Lembaga Pengabdian yang ngurus #KKN di kampus) menempatkan saya. Lhah.. sok kenal ya saya? hehe gpp lah..(ada cerita tersendiri soal Kudus yang bermakna bagi saya :))

Selama 35 hari, kami "dipaksa" hidup satu atap, satu meja makan, berbagi ranjang, dan dipaksa punya tujuan yang sama.. yaitu memberdayakan masyarakat melalui kegiatan #KKN ini. Kenapa saya bilang kami? yup karena saya memang tidak sendirian, ada pembagian kelompok yang akhirnya disebut Tim, mencakup tiap desa di lokasi. Dersalam adalah nama desanya, Bae nama kecamatannya. Dan yang di bawah ini para personilnya :)

 



Lalu apa yang menarik dari 14 orang ini?

Hm.. entahlah tapi saya bersyukur diberikan teman teman baru seperti mereka. Karena banyak alasan untuk saya menyebut #KKN kemarin adalah salah satu moment pembelajaran terbaik buat saya pribadi selama hidup. Meskipun latar belakang jurusan dan fakultas yang berbeda, karakter yang beragam, tapi dengan proses dan waktu tim ini jadi satu keluarga yang solid, kompak. 

Profil orang orangnya?
Saya yang pemikir, Bowok yang ekspresif, Sony yang problem solver, Reza yang bermuka sangar berhati pendekar, Prash yang suka blak blak-an, Sihar yang cool, Wiko yang berjiwa layaknya siang dan malam. Hehe, ini tadi para cowok cowoknya.
Yang cewek? Sopha yang berpaham liberal terbatas, Bunga yang keibuan (iya wong siap nikah :D), Nana yang lembut dan suka kawatir kondisi pipinya (piss :p), Sisca yang suka ribet dan pemakan bubur bayi, Atik yang penyair bin pujangga, Bulik Ratna yang religius, Mere yang diem diem ternyata adalah seorang guru kelas berat.. haha demikian, luar biasa y suasananya (maksutnya apa? cuma kami yang tau:)).

Yah kalau ada masalah itu biasa, yang jadi tidak biasa adalah reaksi terhadap masalah itu. Semua peduli, semua mau solusi bukan mengedepankan emosi. Dan, Alhamdulillah tak sampai terpelihara masalah yang besar. Insya Allah...
Salah satu hal kecil yang membanggakan adalah, cuma tim desa ini yang setau saya komplit upacara waktu pelepasan dan penerimaan kembali di Halaman WP. Dari Kudus-Semarang kita naik motor beriringan, sempet makan nasi padang barengan, lanjut sholat Duhur (sambil rebahan dan mejemin mata bentar di maskam , hehe), dan langsung menuju ke lapangan WP. Saat penerimaan kembali tersebut, kita tepat berbaris di depan lokasi Rektor memberi sambutan :D (biasa aja si, tapi pak rektor langsung menuju barisan kita untuk berfoto setelah upacara usai, pertama sebagai privilege)

Buat saya frekuensi kami ada di angka yang sama, resonansi yang terjadi menyatukan kami di Dersalam ini.. Ada alasan dan 'benang merah' abstrak yang mengikat. Lebih lagi, dengan segala kerendahan hati.. kami pantas bersyukur dengan kontribusi kami bagi Desa Dersalam. Semua terjadi karena satu visi yang sama, terucap di awal laga.


@RidwanAb

Tuesday 17 April 2012

Rp 1.000 x 10 = ?



Pengalaman hikmah sedekah ini bagi saya penting untuk dibagikan sebagai sebuah cerita dan pembelajaran untuk kita sekalian. Semoga yang tersirat lebih banyak bisa diserap daripada yang tersurat. Yah begitulah harapannya :)

Jadi, ini hanyalah sebuah kisah kecil yang juga (hanya) melibatkan harta dengan nominal yang kecil pula. Yup, hanya Rp 1.000,00. Tapi Insya Allah, uang Rp 1000,00 ini yang menjadi REMINDER saya akan bukti janji yang pasti ditepati oleh Sang Kuasa. 

Suatu sore saya bergegas menunaikan sholat Magrib berjamaah di Masjid Diponegoro, yang lokasinya terdekat dengan kos-an. Seperti biasa saya ambil recehan (sayang hanya bisa recehan) dari celengan plastik warna merah di meja belajar. Yang bagian atasnya pun pernah saya bolongin dulu kala, jadi biar gampang masukin duit (termasuk diambil lagi) hehehe.. Ceritanya, duit duit disitu asalnya dari recehan sisa sisa saku harian.

Balik ke Rp 1.000,00 tadi, memang sore itu saya niatkan untuk infaq sebelum masuk masjid. Tak banyak pengharapan kala itu, hingga pada esok harinya saya menerima sms. 

Yup, sebuah sms yang biasa muncul dengan isi kabar bahwa nomor hape saya baru saja terisi pulsa sejumlah Rp 10.000,00 tidak kurang dan lebih, pas sekali:)

Menjadi sebuah ucap syukur saya pagi itu,entah dari siapa/mana saya tidak tahu pengirim pulsa ini. Sejenak saya menunggu siapa tau ada teman/keluarga yang mengkonfirmasi kalau kalau dia membelikan saya pulsa sejumlah itu. Yah, sampai siang dan sore lagi tidak ada rupanya.

Dalam hati saya yakin, saya percaya, ini berhubungan dengan infaq saya malam sebelumnya yang ternyata jika dihitung TEPAT dikalikan 10.

Apakah ini kebetulan? Saya rasa tidak, karena saya percaya akan janji-Nya yang menyebutkan bahwa setiap tindakan sekecil apapun akan Dia ganjar dengan setimpal. 

Terutama bila kita melakukan kebaikan yang ganjarannya tidak Cuma sama, tapi bisa berkali lipat (10x, 100x, dan tak hingga sesuai kehendak-Nya) atau tidak menutup kemungkinan kembali pada kita dalam wujud yang berbeda. 

Bukan lagi Insya Allah, tapi percaya saja bahwa Dia akan membalas lunas harta yang kita sisihkan berapapun jumlahnya. Masih bingung? coba renungkan sejenak nikmat-Nya yang kadang kita lupa. Udara yang kita hirup? waktu yang luang? nasi yang kita makan? baju yang kita pakai? kesehatan yang terjaga? Subhanallah bisakah terhitung semua nikmat itu..


@RidwanAb