Sunday 29 April 2012

Give more, achieve more (even more and more)

Source: Google


Bagian cerita hidup kali ini, saya sebut Give more, achieve more (even more and more) :)

Masih sedikit berhubungan dan punya alur cerita yang mirip dengan postingan saya terdahulu Rp 1.000 x 10 = ? . Yup, sekali lagi saya merasakan bahwa Tuhan tidak pernah mengingkari janji-Nya.

Jum'at 27 April yang lalu adalah titik mula cerita ini. Seusai sholat Jum'at di Masjid Pangeran Diponegoro (lagi), saya mencari kotak infaq yang tersedia di bagian belakang untuk tujuan akhir atas sejumlah uang yang telah saya siapkan. Yup, kali ini pun tak seberapa, hanya Rp 2.000,00. Seketika saya selipkan uang itu di lubang kotak tersebut, sambil lalu saya melihat selembar brosur di atas kotak. Yup, semacam brosur2 yang sering ada dan di sebarkan bagi jama'ah di masjid. Lalu terbawalah pulang kertas tersebut oleh tangan saya.

Coba tebak apa isinya??? *tepuk meja plisss* hehehe,

Dan... brosur kertas yang mungkin terabaikan oleh orang lain ini ternyata adalah sebuah tiket gratis (fasilitas sponsor) untuk sebuah seminar yang dilaksanakan hari ini, Minggu 29 April 2012, di Hall Masjid Agung Jawa Tengah. Sebelumnya saya tidak banyak berharap, tapi IYA pasti dalam setiap doa ada permohonan kepada-Nya untuk kelimpahan Rahmat serta Rejeki yang luas selalu terucap. Semua pasti tahu, rejeki bukan selalu dalam bentuk uang, karena turunnya hujan itu rejeki, kelengkapan anggota tubuh itu rejeki, udara yang kita hirup pun rejeki, dan banyak lagi. Betul tidak? :)

Yang terutama pada momen ini, bagi saya selembar tiket gratis tersebut adalah 'rejeki'. Saya meyakini ini merupakan 'sebuah balasan' yang Dia janjikan atas orang orang yang menyisihkan sebagian hartanya bagi orang lain. Biasanya saya berpikir 2/3x atau bahkan lebih untuk yang kaya gini (nemu nemu brosur). Tapi hari itu tidak. Cukup sekali saya baca, dan langsung saya tulis dalam agenda bahwa saya harus datang ke seminar tersebut. Pasti! Dan, Alhamdulillah puji syukur, karena Tuhan mengijinkan saya untuk datang dan mengambil banyak manfaat dari acara ini.

"How to be Debt Free+Launching Gerakan Kebangkitan Ekonomi Umat" 
Kebetulan kalimat di atas adalah tajuk acara tersebut. Yup acara ini diselenggarakan oleh Indonesia Islamic Business Forum (IIBF) Semarang. Pernah baca buku "10 Pengusaha Yang Memulai Bisnis dari Nol" karya Sudarmadi? Nhah, pembicara utama seminar ini adalah salah satu orang Indonesia yang ditulis kisah hidupnya dalam buku tersebut. Nama beliau adalah Heppy Trenggono. Direktur United Balimuda International, Presiden IIBF, dan penggagas Gerakan "Beli Indonesia" (Silahkan tanya Mbah Google untuk tahu profil lengkapnya).

Dalam perjalanannya, beliau pernah bangkrut 2 kali dalam usahanya, kerugiannya(utangnya) mencapai 35 miliar dan 62 miliar rupiah. Bayangkan, uang segitu untuk beli bakso bro :D *yahhh, bayangkan saja,hehe* Namun kini beliau adalah salah satu pengusaha yang sukses dan tidak segan berbagi kisah hidupnya bagi kepentingan dan kemajuan ummat banyak.

Peserta acara tadi pun tak hanya dari Semarang. Lampung, Jakarta, Kediri, Magetan, bahkan Kalimantan Timur pun ada yang datang. Salut saya atas usaha beliau beliau ini mengejar ilmu sampai Semarang.

Sedikit lepas dari siapa pembicara dan content acaranya yang bisa saya share di bagian lain (karena begitu berharganya isi seminar ini). Hal yang saya syukuri adalah ketika saya tahu, mereka yang ada di kursi peserta VIP di seminar ini haruslah membayar Rp 250.000,00 dan kursi reguler Rp 80.000,00. Subhanallah, dan saya hanya membayar 'RP 2.000,00' saja dengan ilmu-ilmu baru dan pengalaman yang sama bisa saya dapatkan. Kursi pun saya bisa nyempil ke bagian depan dengan pedenya :D

Yah walupun memang, pengecualian atas nasi kotak, snack, notes, & majalahnya yang tak saya dapat dan sebaliknya mereka dapat. Tapi bukankah orang yang datang ke seminar lebih karena motif: Siapa pembicaranya, apa topiknya, apa content pembicaraan speakernya, dan kadang (juga karena) berapa harga tiketnya, bukan apa fasilitasnya yang bisa di dapat?

Dan 'isi-isi' seminar itulah yang saya dapat. Antara lain point yang saya catat, bahwa kekayaan itu bukan pada 'berapa tabungan kita' tapi kekayaan itu adalah pada 'karakter seseorang'. Bahwa 'My Family is my number 1 client'. Bahwa hutang itu muncul karena ada 'benang merah' atas permasalahan karena kualitas hubungan kita dengan Tuhan dan orang lain. Bahwa Rejeki itu ada '4 level'. Juga lebih tahu kondisi real perekonomian di Indonesia dibanding sekeliling. Juga, bahwa saya lebih paham lagi  Tuhan harus selalu dilibatkan dalam setiap usaha kita. Jadi tahu lebih dalam 'peran' IMF dalam kemandekan produksi IPTN/PT DI dan perekonomian negara secara umum. Jadi lebih paham efek kapitalisme bagi Indonesia (baca: rakyat kecil Indonesia & negara berkembang lain), dan sebagai-bagainya.

Ah, terlalu banyak untuk dicatat bahkan. Bukankah itu rejeki yang berlimpah bro?



@RidwanAb * (sengaja saya sebutkan nominal asli sebagai perbandingan. Insya Allah tidak ada unsur riya' (Niat saya biar dinilai langsung sama Yang Maha Menilai) karena ada beberapa ahli/ulama yang tidak melarang kisah pemberian dibuka demi kepentingan syiar dan inspirasi bagi yang lain. Itu tujuan saya)




No comments:

Post a Comment