Wednesday 18 April 2012

The next #1 legend has born in United?






Ketika Manchester United memasuki musim 2010/2011, muncul berbagai kekhawatiran dari fans (termasuk saya) akan pensiunnya beberapa legenda klub yang telah berkontribusi besar. Sebut saja Gerry Neville, Paul Scholes, dan terutama posisi penjaga gawang nomer satu saat itu yaitu Edwin Van Der Sar. 


Bagi saya selama Van Der Sar di MU meskipun datang dalam usia yang tidak lagi muda, dia berhasil memberikan rasa aman sebagai benteng terakhir pertahanan MU. Hingga pada akhirnya bersama jalannya musim, berbagai rumor dari media di Inggris mulai mengabarkan bahwa Sir Alex Ferguson (SAF) tertarik mendatangkan kiper muda dari Spanyol.

Yup, tak lain dia adalah David De Gea Quintana. Pemuda yang bahkan pada saat itu masih berusia 20 tahun didikan Athletico Madrid. Dia lahir di Ibukota Spanyol pada 7 November 1990 (ckck..bahkan saya lebih tua dari dia-___-). 


Di klub tersebut performanya terbilang cukup fenomenal dan cepat bersinar. Dia memulai debutnya di tim Senior Athletico Madrid pada usia 19 tahun. Tepatnya pada 30 September 2009, dia menggantikan Roberto yang cedera saat pertandingan UEFA Champions League melawan F.C. Porto, meskipun akhirnya timnya mengalami kekalahan 2-0.(dari Wikipedia)

De Gea memulai musim 2010-2011 dengan gemilang, membantu Atletico memenangkan UEFA Super Cup: di 90 menit dari kemenangan 2-0 melawan Inter Milan.

Karier De Gea juga semakin melesat setelah bermain baik sepanjang musim 2010-2011, dan pada puncaknya, De Gea membawa timnas U-21 Spanyol menjuarai Euro U-21 di Denmark. Total dia ‘hanya’ butuh waktu 2 tahun bermain di tim senior untuk menunjukan bakatnya sebagai kiper handal kepada dunia. Setidaknya, SAF pun sangat yakin dengan kemampuan pemuda ini. 


Maka pada musim panas 2011, David De Gea resmi hijrah dari klub Atletico Madrid ke Manchester United dengan biaya transfer £18.5 juta. Sebuah rekor tersendiri bagi transfer pemain di posisinya. Dia memecahkan rekor sebagai kiper termahal se-Inggris raya, memecahkan rekor transfer sebelumnya milik Craig Gordon yang dibeli Sunderland seharga £9 juta.

Dia memulai bermain di Manchester United (MU), salah satu tim besar dengan sejarah gemilang di daratan Inggris pada beberapa laga pra musim. Amerika Serikat menjadi awal adaptasinya dengan rekan rekan di tim baru dalam rangkaian tur MU.

Namun, saya yakin bagi sebagian besar fans MU, moment yang akan paling diingat adalah debutnya ketika ikut mengantar MU menjadi juara Community Shield. Pertandingan awal musim antara juara Barclays Premier League (BPL) musim sebelumnya dengan juara piala FA.





Kebetulan sekali, lawan MU saat itu adalah ‘si tetangga berisik’ Manchester City. Dalam 2x45 menit dia menampilkan performa yang boleh dibilang jauh dari harapan meskipun pada akhirnya MU unggul 3-2 atas City. 
Hal ini menjadi awal mula keraguan banyak fans atas performannya terutama ketika gagal menahan tendangan jarak jauh Edin Dzeko yang boleh dibilang hanya ‘tendangan khas latihan’, tidak keras dan hanya mendatar.

Keraguan saya pun sebagai fans MU semakin membuncah pada diri De Gea, dalam ingatan saya ada 2 kejadian fatal ketika dia tidak mampu menahan tembakan dari luar kotak 12 pas oleh Shane Long, dan yang kedua adalah ketika dia salah mengantisipasi bola sepak pojok pada saat MU melawan Blackburn.

Postur, rabuh jauh, skill, dan kendala bahasa
Berbagai analisa dijelaskan, fakta diungkapkan, dan pembelaan pun keluar dari manager, rekan tim, maupun media. Kenyataan bahwa dia bertinggi badan 193 cm namun hanya dengan berat badan 76 kg menunjukan postur badannya kurang ideal (kurang besar/berotot) bagi ukuran kiper di BPL yang terkenal mengedepankan fisik selain kecepatan. Ini adalah salah satu analisis kelemahan dia sebagai kiper. Kemampuannya memotong bola bola crossing dan tembakan jarak jauh menjadi PR buat De Gea menurut pengamatan saya menilik performanya di awal musim.

Hal yang tidak kalah menghebohkan adalah ternyata De Gea selama ini mengalami rabun jauh (minus) pada matanya. Percaya? Hehe saya pun kaget ketika pertama kali membaca fakta tentang dia. Selama tampil di lapangan dia ternyata terbantu penglihatannya karena menggunakan soft lense. Namun, saat bersamaan saya juga lega karena dia telah merencanakan untuk melakukan operasi mata di akhir musim agar penglihatannya kembali normal :)

Salah satu kendala lain yang membuat dia kurang cepat bisa beradaptasi adalah dia datang di Inggris namun tidak bisa sama sekali berbahasa Inggris. Padahal sebagai ‘jendral’ di depan gawang dia penting menggalang koordiasi dengan quartet back ataupun pemain yang lain lewat komunikasi verbal. 


Namun SAF tentu tidak tinggal diam, karena saya mendengar bahwa dia intens belajar bahasa Inggris di sela sela latihan tim. (wew,, haha sok mendengar macam pengamat bola :D)



 


Di saat penampilannya yang masih angin anginan dia beberapa kali di bangku cadangkan seiring penampilang yang menjanjikan dari kiper kedua MU (yang sebenarnya lebih tua, berusia 27 tahun) yaitu Anders Lindegaard. 

Buat saya ini ‘hukuman’ yang adil bagi De Gea untuk memacunya menunjukan performa yang lebih bagus. Media massa di Inggris yang terkenal ‘kejam’ berkomentar teradap dunia persepakbolaan juga dengan tegas menghakiminnya atas penampilan di bawah standart bagi seorang kiper di klub selevel MU.

Namun, fakta di lapangan berbicara lain. Waktu yang menjawab semua keraguan ketika setelah masuk paruh musim kedua dia menunjukan performa yang gemilang. Bahkan tercatat dia salah satu dari sekian kiper di BPL yang melakukan sekian banyak penyelamatan atas shoot on goal di lapangan. Kini di lapangan dia juga terlihat lebih tenang dan percaya diri.

Bagi saya performanya yang terus membaik ini juga yang telah membantu MU akhirnya berhasil merebut singgasana klasemen dari City (meskipun bagi banyak fans, penampilan MU sebagai tim di level Eropa musim ini mengecewakan). 


De Gea juga berhasil mencetak beberapa kali clean sheet. SAF sebagai menager tentu senang dengan perkembangan kiper mudanya ini, demikian pula pujian juga mulai mengalir kembali dari rekan rekan setim bahkan media yang sempat dengan pedas mengkritiknya.

Dalam hati saya yakin, potensi De Gea akan semakin terasah dengan perlakuan yang tepat. Sudah menjadi rahasia umum bahwa SAF sering mandatangkan pemain muda namun mampu memolesnya menjadi super star semacam Christiano Ronaldo ataupun David Beckham. 

Kecepatannya, keluwesan gesture tubuhnya, dan kepercayaan diri De Gea akan membawa dirinya sendiri dan MU ke level yang lebih tinggi di masa masa yang akan datang. Maka tidaklah heran jika dia telah digadang gadang akan menjadi suksesor Iker Cassilas di depan gawang timnas Spanyol yang selama ini tak tergantikan.





Lalu pencapaian terdekat apa yang saya harapkan? Hanya satu, 

Tolong ya dek De Gea,, bawa MU merebut title Premier League ke-20 musim ini.OK?:D



@RidwanAb

No comments:

Post a Comment