Thursday 19 April 2012

Semarang Great Sale


Semarang Great Sale: Evaluasi Program dari Sebuah Kemitraan Sektor Publik dan Privat


 Semarang Great Sale (Semargres) mulai diadakan rutin sejak dua tahun terakhir. Semenjak di rintis pertama kali tahun 2010, event ini selalu diselenggarakan pada penghujung tahun yaitu pada Bulan Desember. Seperti tahun sebelumnya, mulai 1 -31 Desember 2011 kemarin kota Semarang kembali mengadakan gawe besar yaitu Semarang Great Sale 2011.  Kegiatan ini menjadi program unggulan Walikota Soemarmo sejak terpilih sebagai Walikota Semarang, karena ingin memajukan kota Semarang sebagai kota jasa dan perdagangan.  Dimulai dengan Pameran Buku di Gedung Wanita, Pameran Komputer dan hampir sebagian besar mall dan pusat perbelanjaan di kota lumpia ini menawarkan potongan harga / diskon yang menarik.  

Bahkan ada mall yang mengadakan ”Midnight Sale” yaitu diskon besar menjelang tengah malam. Meski ada pro dan kontra terhadap kegiatan ini, namun patut diapresiasi langkah maju Walikota Semarang ini. Karena sudah menjadi rahasia umum sebelumnya bahwa banyak masyarakat kota Semarang yang mampu tetapi justru tidak membelanjakan uangnya di Semarang tapi justru ke luar kota bahkan ke luar negeri. Dengan konsep Semarang Great Sale, dimana hampir semua turut berpartisipasi baik itu mal, ruko, pertokoan, restoran, tempat wisata, kuliner, dll, diharapkan roda perekonomian di kota Semarang makin berputar dan bahkan kegiatan ini dapat mendatangkan wisatawan domestik maupun mancanegara.

 Hal ini tentunya akan berdampak positif bagi masyarakat kota Semarang dan visi kota Semarang sebagai kota jasa dan perdagangan dapat terwujud.   Jejaring/network yang dibangun tidak hanya mendasarkan kerja sama antar aktor dalam birokrasi pemerintahan tapi juga dengan masyarakat, pihak swasta yang berkepentingan bahkan kerja sama antar daerah yang terbentuk karena adanya kepentingan bersama yang menjadi pendorong adanya sinergi. Kemitraan diantara sekrot publik dan sektor privat atau public private partnership (PPP) saat ini telah menjadi standart konsep dalam lingkungan pemerintahan lokal (Harsastro, 2012:4). Dalam contoh kasus penyelenggaraan Semargres ini, para aktor membangun kolaborasi bersama dengan Pemkot Semarang berfungsi sebagai network manager. Dimana Pemkot Semarang memegang wewenang kekuasaan dalam jejaring, karena:

 (a) Pemkot Semarang yang mengontrol aliran sumber daya ini atau ada di pusat jejaring aktivitas kolaborasi antar aktor dalam network Semargres.
 (b) Network manager juga bertanggung jawab, membangun aliansi dengan kelompok-kelompok luar dan secara efektif menghubungkan kelompok stakeholders yang seringkali memiliki kepentingan yang bervariasi dan bisa bertabrakan. 

Dua kelompok ini penting bagi manajemen network, masing-masing memiliki kriteria sendiri dalam memberikan penilaian apakah jejaring sudah berjalan dengan baik. Disini, kelompok-kelompok luar dari sekor privat terdiri dari: Kadin Semarang, ASITA, Indonesia Marketing Association, Himpunan Pengusaha Muda Indonesia, Perhimpunan Hotel dan Restaurant Indonesia Jawa Tengah, APPBI(Asosiasi Pengelola Pusat Belanja Indonesia), dan KADIN Semarang. Dengan area kewenangan dan corework yang berbeda mereka menciptakan kolaborasi, saling berkerja sama dengan memanfaatkan dan memaksimalkan jejaring di masing-masing stakeholders. Ada tiga hal yang perlu diperhatikan dari fakta ini, yaitu (Harsastro, 2012:4):

(1)   Pencapiaan tujuan tiap-tiap aktor secara individual memerlukan aktivitas oleh aktor lain. Sehingga prinsip saling menyesuaikan secara bersama-sama (mutual adjustment) merupakan persyaratan utama.
(2)   Pengetahuan dan sumber daya yang diperlukan untuk mencapai hasil yang diinginkan, terdistribusikan kepada berbagai aktor. Pentingnya suatu sumber daya bukanlah sesuatau yang given, tetapi tergantung nilai yang ditetapkan oleh aktor lain. Dukungan moral misalnya telah menjadi sumber daya penting dalam pengambilan keputusan. Kontrol terhadap sumber daya yang berserakan semacam ini menciptakan suatu dunia tanpa ada yang menjadi penanggungjawabnya.
(3)   Kompleksitas merupakan hasil dari proses aktor, disini sumber daya tak tergantikan untuk suatu aktivitas bersama. Tiap-tiap aktor masing-masing memebawa persepsi dan strategi mereka. 

Masyarakat sebagai sasaran utama perhelatan event ini merasakan banyak manfaat dengan banyaknya diskon, kemudahan dalam transaksi belanja, penawaran promo yang lebih dari biasanya. Hal ini memberikan masyarakat banyak pilihan dan alasan untuk berkunjung ke Semarang jika mereka dari luar kota, atau bagi masyarakat Semarang sendiri untuk bisa tetap tinggal menikmati Semarang lebih dalam apalagi penyelenggaran event ini bertepatan pada akhir tahun.

Sebagai evaluasi event Semarang Great Sale atau Semargres diharapkan bermanfaat untuk masyarakat secara luas tanpa melihat status sosial dan ekonomi. Dalam artian acara tidak hanya seremonial tapi langsung bersentuhan dengan rakyat kecil. Evaluasi tersebut antara lain :
 (a) Sejauh ini program Semargres belum bersinggungan langsung dengan masyarakat. Masih banyak kegiatan yang hanya bersifat seremonial tanpa melibatkan rakyat golongan menengah ke bawah.
(b) Potongan harga yang diberikan masih sebatas untuk kalangan menengah atas, seperti diskon di pusat perbelanjaan, toko, mal, restoran, kafe, hotel, dan tempat wisata yang kadang tidak terjangkau masyarakat menengah bawah (belum ada data pasti yang mendukung).
(c) Belum ada arah kebijakan untuk mencoba membuat program potongan harga yang bisa menguntungkan rakyat kecil seperti misalnya melibatkan aktor lain yang lebih luas yang berasal dari instansi pemerintahan/BUMN/BUMD. Misalnya saja diskon tarif PDAM, operasi pasar untuk sembako murah dengan melibatkan BUMN, pelayanan kesehatan dan pengobatan murah langsung ke tengah area masyarakat pinggiran, dll. 

Jadi program Semargres sebaiknya tidak sekadar dirasakan oleh pihak kedua yaitu sektor privat dan masyarakat kelas menengah atas. Sebab program ini menggunakan APBD sebanyak Rp 450 juta. Namun di sisi lain,  hasil evaluasi penyelenggaraan Semarang Great Sale  banyak partisipan menilai, kegiatan ini membawa hasil yang positif dan signifikan. Omzet penjualan lebih tinggi dan jumlah pengunjung meningkat dibanding dengan sebelumnya. Data Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) mencatat okupansi di Kota Semarang meningkat sekitar 15% dibanding periode yang sama tahun sebelumnya. 

Dalam perhelatan ini, Kadin Jawa Tengah dan PT Suara Merdeka Group menjadi mitra pendukung Pemkot Semarang. Sinergitas tersebut  juga didukung APPBI (Asosiasi Pengelola Pusat Belanja Indonesia) Jateng dan DIY, serta Aprindo (Asosiasi Pengusaha Retail Indonesia) Jateng yang berada di garda depan dalam kesuksesan acara ini, di samping PHRI, ASITA, Pusat Oleh-Oleh dan Jajan Jl Pandanaran, UMKM, serta tempat wisata dan hiburan Kota Semarang. 

Dengan jejaring yang luas di atas, yang kebetulan jika penulis boleh menilai jejaring ini (selain pemkot) beranggotakan para golongan atas dan para pemilik modal dan sangat berorientasi pada profit bagi jaringan usahanya. Karena para ketua asosiasi-asosiasi tersebut beserta anggotanya merupakan kumpulan para pengusaha Semarang yang bergerak di berbagai bidang usaha. Hal inilah yang menurut saya penting untuk dijadikan pemikiran Pemerintah Kota bagi penyelenggaraan di tahun berikutnya. Saran dari penulis :

(1)            Orientasi penyelenggaraan Semarang Great Sale sebaiknya diarahkan tidak hanya pada pergerakan dan perputaran ekonomi semata, tapi juga menekankan pada ranah sosial dengan harapan manfaatnya dapat menyentuh segenap lapisan masyarakat
(2)            Manajemen network yang melibatkan unsur-unsur lain seperti dari Komunitas-komunitas common interest di Semarang atau sosial masyarakat di Semarang, dan BUMN/D
(3)            Menyerahkan fungsi pengawasan dan kontrol network dari Pemerintah Kota Semarang kepada salah satu SKPD/ Dinas yang terkait (misalnya: Dinas Pariwisata dan Kebudayaan, Dinas Perindustrian dan Perdagangan, Dinas Pengelolaan Pasar, atau Dinas pengelola Kekayaan Daerah) sebagai landasan alokasi pos APBD yang lebih jelas dan dapat memaksimalkan potensi PAD bagi Kota Semarang

Ke depannya, event Semarang Great Sale yang diadakan untuk membangkitkan semua potensi yang ada di Kota Semarang untuk memajukan kepariwisataan dan perdagangan semoga dapat memberikan manfaat yang lebih meluas terutama semua masyarakat di berbagai kelas. Tidak hanya terlihat megah, tapi dapat langsung dirasakan senagai salah satu fungsi pelayanan publik yang memadai.






Sumber: 
- Studi pustaka dari berbagai media dan observasi
-"Desentralisasi dan Kerja Sama Pemerintah - Swasta" oleh Priyatno Harsastro, Majalah Penegmbangan Ilmu Sosial 'FORUM', FISP, UNDIP Vol. 40-1. Februari 2012 



@RidwanAb

No comments:

Post a Comment