Semarang Great Sale: Evaluasi Program dari Sebuah Kemitraan
Sektor Publik dan Privat
Semarang Great Sale (Semargres) mulai
diadakan rutin sejak dua tahun terakhir. Semenjak di rintis pertama kali tahun
2010, event ini selalu diselenggarakan pada penghujung tahun yaitu pada Bulan
Desember. Seperti tahun sebelumnya, mulai 1 -31 Desember 2011 kemarin kota
Semarang kembali mengadakan gawe
besar yaitu Semarang Great Sale 2011. Kegiatan ini menjadi program
unggulan Walikota Soemarmo sejak terpilih sebagai Walikota Semarang, karena
ingin memajukan kota Semarang sebagai kota jasa dan perdagangan. Dimulai
dengan Pameran Buku di Gedung Wanita, Pameran Komputer dan hampir sebagian
besar mall dan pusat perbelanjaan di kota lumpia ini menawarkan potongan harga
/ diskon yang menarik.
Bahkan ada
mall yang mengadakan ”Midnight Sale” yaitu
diskon besar menjelang tengah malam. Meski ada pro dan kontra terhadap kegiatan
ini, namun patut diapresiasi langkah maju Walikota Semarang ini. Karena sudah
menjadi rahasia umum sebelumnya bahwa banyak masyarakat kota Semarang yang
mampu tetapi justru tidak membelanjakan uangnya di Semarang tapi justru ke luar
kota bahkan ke luar negeri. Dengan konsep Semarang Great Sale, dimana hampir
semua turut berpartisipasi baik itu mal, ruko, pertokoan, restoran, tempat
wisata, kuliner, dll, diharapkan roda perekonomian di kota Semarang makin
berputar dan bahkan kegiatan ini dapat mendatangkan wisatawan domestik maupun
mancanegara.
Hal ini tentunya akan berdampak positif bagi
masyarakat kota Semarang dan visi kota Semarang sebagai kota jasa dan
perdagangan dapat terwujud. Jejaring/network yang dibangun tidak hanya
mendasarkan kerja sama antar aktor dalam birokrasi pemerintahan tapi juga
dengan masyarakat, pihak swasta yang berkepentingan bahkan kerja sama antar
daerah yang terbentuk karena adanya kepentingan bersama yang menjadi pendorong
adanya sinergi. Kemitraan diantara sekrot publik dan sektor privat atau public private partnership (PPP) saat
ini telah menjadi standart konsep dalam lingkungan pemerintahan lokal
(Harsastro, 2012:4). Dalam contoh kasus penyelenggaraan Semargres ini, para
aktor membangun kolaborasi bersama dengan Pemkot Semarang berfungsi sebagai network manager. Dimana Pemkot Semarang
memegang wewenang kekuasaan
dalam jejaring, karena:
(a) Pemkot Semarang yang mengontrol aliran sumber daya ini atau ada di pusat
jejaring aktivitas kolaborasi antar aktor dalam network Semargres.
(b) Network
manager juga bertanggung jawab, membangun aliansi dengan kelompok-kelompok luar dan secara efektif menghubungkan kelompok
stakeholders yang seringkali memiliki kepentingan yang bervariasi dan
bisa bertabrakan.
Dua kelompok ini penting bagi
manajemen network, masing-masing memiliki kriteria sendiri dalam
memberikan penilaian apakah jejaring
sudah berjalan dengan
baik. Disini, kelompok-kelompok luar dari sekor privat terdiri dari:
Kadin Semarang, ASITA, Indonesia Marketing Association, Himpunan Pengusaha Muda
Indonesia, Perhimpunan Hotel dan Restaurant Indonesia Jawa Tengah, APPBI(Asosiasi
Pengelola Pusat Belanja Indonesia), dan KADIN Semarang. Dengan area kewenangan
dan corework yang berbeda mereka
menciptakan kolaborasi, saling berkerja sama dengan memanfaatkan dan
memaksimalkan jejaring di masing-masing stakeholders.
Ada tiga hal yang perlu diperhatikan dari fakta ini, yaitu (Harsastro, 2012:4):
(1)
Pencapiaan tujuan tiap-tiap aktor secara individual
memerlukan aktivitas oleh aktor lain. Sehingga prinsip saling menyesuaikan secara
bersama-sama (mutual adjustment) merupakan
persyaratan utama.
(2)
Pengetahuan dan sumber daya yang diperlukan untuk mencapai
hasil yang diinginkan, terdistribusikan kepada berbagai aktor. Pentingnya suatu
sumber daya bukanlah sesuatau yang given,
tetapi tergantung nilai yang ditetapkan oleh aktor lain. Dukungan moral
misalnya telah menjadi sumber daya penting dalam pengambilan keputusan. Kontrol
terhadap sumber daya yang berserakan semacam ini menciptakan suatu dunia tanpa
ada yang menjadi penanggungjawabnya.
(3)
Kompleksitas merupakan hasil dari proses aktor, disini
sumber daya tak tergantikan untuk suatu aktivitas bersama. Tiap-tiap aktor
masing-masing memebawa persepsi dan strategi mereka.
Masyarakat
sebagai sasaran utama perhelatan event ini merasakan banyak manfaat dengan
banyaknya diskon, kemudahan dalam transaksi belanja, penawaran promo yang lebih
dari biasanya. Hal ini memberikan masyarakat banyak pilihan dan alasan untuk
berkunjung ke Semarang jika mereka dari luar kota, atau bagi masyarakat Semarang
sendiri untuk bisa tetap tinggal menikmati Semarang lebih dalam apalagi
penyelenggaran event ini bertepatan pada akhir tahun.
Sebagai
evaluasi event Semarang Great Sale atau Semargres diharapkan bermanfaat untuk
masyarakat secara luas tanpa melihat status sosial dan ekonomi. Dalam artian
acara tidak hanya seremonial tapi langsung bersentuhan dengan rakyat kecil.
Evaluasi tersebut antara lain :
(a) Sejauh ini program Semargres belum
bersinggungan langsung dengan masyarakat. Masih banyak kegiatan yang hanya
bersifat seremonial tanpa melibatkan rakyat golongan menengah ke bawah.
(b) Potongan
harga yang diberikan masih sebatas untuk kalangan menengah atas, seperti diskon
di pusat perbelanjaan, toko, mal, restoran, kafe, hotel, dan tempat wisata yang
kadang tidak terjangkau masyarakat menengah bawah (belum ada data pasti yang mendukung).
(c) Belum
ada arah kebijakan untuk mencoba membuat program potongan harga yang bisa
menguntungkan rakyat kecil seperti misalnya melibatkan aktor lain yang lebih
luas yang berasal dari instansi pemerintahan/BUMN/BUMD. Misalnya saja diskon
tarif PDAM, operasi pasar untuk sembako murah dengan melibatkan BUMN, pelayanan
kesehatan dan pengobatan murah langsung ke tengah area masyarakat pinggiran,
dll.
Jadi program
Semargres sebaiknya tidak sekadar dirasakan oleh pihak kedua yaitu sektor
privat dan masyarakat kelas menengah atas. Sebab program ini menggunakan APBD
sebanyak Rp 450 juta. Namun di sisi lain,
hasil evaluasi penyelenggaraan Semarang Great Sale banyak
partisipan menilai, kegiatan ini membawa hasil yang positif dan signifikan.
Omzet penjualan lebih tinggi dan jumlah pengunjung meningkat dibanding dengan
sebelumnya. Data Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) mencatat
okupansi di Kota Semarang meningkat sekitar 15% dibanding periode yang sama
tahun sebelumnya.
Dalam
perhelatan ini, Kadin Jawa Tengah dan PT Suara Merdeka Group menjadi mitra
pendukung Pemkot Semarang. Sinergitas tersebut juga didukung APPBI
(Asosiasi Pengelola Pusat Belanja Indonesia) Jateng dan DIY, serta Aprindo
(Asosiasi Pengusaha Retail Indonesia) Jateng yang berada di garda depan dalam
kesuksesan acara ini, di samping PHRI, ASITA, Pusat Oleh-Oleh dan Jajan Jl
Pandanaran, UMKM, serta tempat wisata dan hiburan Kota Semarang.
Dengan
jejaring yang luas di atas, yang kebetulan jika penulis boleh menilai jejaring
ini (selain pemkot) beranggotakan para golongan atas dan para pemilik modal dan
sangat berorientasi pada profit bagi jaringan usahanya. Karena para ketua
asosiasi-asosiasi tersebut beserta anggotanya merupakan kumpulan para pengusaha
Semarang yang bergerak di berbagai bidang usaha. Hal inilah yang menurut saya
penting untuk dijadikan pemikiran Pemerintah Kota bagi penyelenggaraan di tahun
berikutnya. Saran dari penulis :
(1) Orientasi penyelenggaraan Semarang Great Sale sebaiknya
diarahkan tidak hanya pada pergerakan dan perputaran ekonomi semata, tapi juga
menekankan pada ranah sosial dengan harapan manfaatnya dapat menyentuh segenap
lapisan masyarakat
(2) Manajemen network yang melibatkan unsur-unsur lain
seperti dari Komunitas-komunitas common
interest di Semarang atau sosial masyarakat di Semarang, dan BUMN/D
(3) Menyerahkan fungsi pengawasan dan kontrol network dari Pemerintah Kota Semarang
kepada salah satu SKPD/ Dinas yang terkait (misalnya: Dinas Pariwisata dan
Kebudayaan, Dinas Perindustrian dan Perdagangan, Dinas Pengelolaan Pasar, atau
Dinas pengelola Kekayaan Daerah) sebagai landasan alokasi pos APBD yang lebih
jelas dan dapat memaksimalkan potensi PAD bagi Kota Semarang
Ke depannya,
event Semarang Great Sale yang diadakan untuk membangkitkan semua potensi yang
ada di Kota Semarang untuk memajukan kepariwisataan dan perdagangan semoga dapat
memberikan manfaat yang lebih meluas terutama semua masyarakat di berbagai
kelas. Tidak hanya terlihat megah, tapi dapat langsung dirasakan senagai salah
satu fungsi pelayanan publik yang memadai.
No comments:
Post a Comment