Tuesday 2 April 2013

(JURNAL): Analisis Jejaring Kebijakan dalam Pengelolaan Sistem Irigasi Colo Sebagai Bagian Dari Sistem Sumber Daya Air Wilayah Sungai Bengawan Solo (Studi Kasus di Kabupaten Sukoharjo)

Source: Balai Besar Wilayah Sungai Bengawan Solo, 2012



Ridwan Al Rossid Budyantoro
Pembimbing:
(Dra. Wiwik Widayati)
(Dzunuwanus Ghulam Manar, S.IP., M.Si.)
ghulam@undip.ac.id


Abstract:
The aim of this research is to explain the network policy which exists in the management of Colo Irrigation System as a part of Bengawan Solo River Area Water Resource Management System. The state guarantee all the people have rights to utilize water for their daily life, to ensure their healthy life, clean, and productive as well ass the constitution have been wrote down. Colo Irrigation System, hold the important role to more than 24.000 hectares of rice fields irrigation across six regions in Central Java and East Java Province. The consequences of water irrigation utilization pushing collaboration in a policy network to bridging every actor’s interest to the existing of Colo Irrigation System. This study tried to look the network model, mapping the actors that been involved in, digging the root problems which effecting various obstacle to the collaboration and search for the solution, also to looking for the practically problems. The kind of this study is a descriptive analysis that aims to describe the symptoms as well as symptoms analyzed using a qualitative approach. The subjects in this research are related government institutions in national until local level, and also the farmers community (P3A). There are many methods to collecting data in this research, non participant observation, in-depth interviews and documentation studies. The results showed that a policy network as a pattern of actors cooperation in the management of Colo Irrigation System does exist. And there are two level of the policy network involved in this collaboration, which are Tim Koordinasi Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Bengawan Solo dan Komisi Irigasi Kabupaten Sukoharjo.

Keywords: Policy network, irrigation system, public policy.

Abstraksi:
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menjelaskan jejaring kebijakan yang ada dalam pengelolaan Sistem Irigasi Colo sebagai bagian dari Sistem Sumber Daya Air Wilayah Sungai Bengawan Solo. Pemerintah menjamin semua masyarakat memiliki hak untuk memanfaatkan air bagi kehidupan mereka, memastikan mereka hidup sehat, bersih, dan produktif sebagaimana yang telah diamanahkan undang undang. Sistem Irigasi Colo memegang peranan penting atas lebih dari 24.000 Hektar lahan persawahan di enam kabupaten di Provinsi Jawa Tengah dan Jawa Timur. Konsekuensi dari pemanfaatan air irigasi adalah mendorong kolaborasi di dalam jejaring kebijakan untuk menjembatani kepentingan setiap aktor atas keberadaan Sistem Irigasi Colo.Kajian ini bertujuan untuk mencari model jejaring, memetakan aktor yang terlibat di dalamnya, menggali akar permasalahan yang menyebabkan beragam kendala di dalam kerja sama dan akhirnya mencari solusinya, termasuk mencari permasalahan permasalahan di lapangan. Jenis kajian ini adalah deskripsi analisis yang bertujuan untuk mendeskrisikan gejala gejala yang telah dianalisis dengan pendekatan kualitatif. Subyek penelitian adalah instansi pemerintah yang berkepentingan dari level nasional hingga lokal, dan juga Paguyuban Petani Pemakai Air (P3A). Ada banyak metode pengumpulan data di dalam penelitian ini,  yaitu observasi non partisipatoris, wawancara mendalam, dan kajian pustaka.Hasilnya menunjukan bahwa jejaring kebijakan sebagai sebuah pola kerja sama antar aktor di dalam pengelolaan Sistem Irigasi Colo memang ada. Dan ada dua level jejaring kebijakan yang terlibat di lama koordinasi, yaitu Tim Koordinasi Sumber Daya Air Wilayah Sungai Bengawan Solo dan Komisi Irigasi Kabupaten Sukoharjo.
Kata kunci: Jejaring kebijakan, sistem irigasi, kebijakan publik.

PENDAHULUAN
           
Sebagai salah satu sumber air vital terutama bagi masyarakat di Pulau Jawa,Sungai Bengawan Solo dikelola sedemikian rupa dengan cara pembangunan proyek-proyek infrastruktur pendukung untuk memanfaatkan alirannya demi kepentingan masyarakat. Pembangunan jaringan irigasi yang telah dilakukan pemerintah pada hakekatnya berorientasi pada dua pokok masalah, yaitu masalah pangan dan penduduk. Untuk memenuhi kebutuhan pangan, irigasi berfungsi sebagai sarana produksi yang berperan penting di dalam produksi pertanian.Sedangkan untuk kepentingan penduduk, air dapat dimanfaatkan untuk keperluan sehari-hari seperti sumber air minum, pembangkit listrik, budidaya ikan air tawar, industri, serta wisata.

Salah satu hasil proyek utama yang dibangun pada masa PELITA II untuk merekayasa sumber daya air Wilayah Sungai Bengawan Solo adalah Bendungan Serba Guna Wonogiri atau yang lebih dikenal sebagai Waduk Gajah Mungkur Wonogiri. Bendungan serbaguna ini dibagun pada alur sungai di daerah pertemuan Kali Keduwang dan Sungai Bengawan Solo, tepatnya pada Desa Wuryorejo, Kecamatan Wonogiri. Bendungan Serbaguna Wonogiri pada awalnya digunakan untuk mengendalikan air yang ada di DAS (Daerah Aliran Sungai) Solo Hulu di Jawa Tengah.

Bersamaan dengan pembangunanproyek Bendungan Serba Guna Wonogiri, turut dibangun pula Bendung Colo. Di mana Bendung Colo adalah sebagai infrastruktur utama dari Sistem Irigasi Colo menjadi tumpuanpengairan bagi mayoritas petani di Kabupaten Sukoharjo bahkan hingga ke Wonogiri, Klaten, Karanganyar, dan Sragen (wilayah eks-Karesidenan Surakarta), serta Ngawi Jawa Timur. Bendung ini dibangun untuk menampung limpahan air dari Waduk Gajah Mungkur di Kabupaten Wonogiri yang merupakan aliran dari Sungai Bengawan Solo, hingga akhirnya dikelola penggunaanya (dibagi alirannya)terutama untuk keperluan irigasi di beberapa daerah kabupaten di atas tersebut.Sistem Irigasi Colo memegang peranan penting dalam alokasi air untuk irigasi mencakup wilayah seluas 24.961 Ha.

Jaringan Irigasi Colo melintas di berbagai daerah kabupaten/kota, maka melibatkan berbagai pihak yang terbentuk menjadi sebuah policynetwork/jejaringkebijakan di dalam pengelolaanya. Dalam menjalankan pengelolaan sumber daya air yang melibatkan berbagai aktor seperti dalam kajian ini, aktor-aktor dalam jejaringharus dapat didefinisikan secara jelas. Dua hal yang perlu diidentifikasi terutama siapa saja aktor yang sebenarnya memiliki kepentingan dan terlibat langsung dalam pengelolaan, dan hal yang kedua adalah mengidentifikasi peran serta tanggung jawab dari masing- masing aktor tersebut dalam pengelolaan.

Ketika kedua hal di atas terdefinisi dengan jelas, maka sebaiknya juga dapat disimpulkan sebuah model ideal bagi jejaring yang telah tercipta/terlibat dalam pengelolaan Bendung Colo. Model ini penting untuk dirumuskansebagai dasar pola kinerja masing-masing aktor, dan juga dapat dijadikan sebuah bahan pembelajaran agar dapat dilakukan koordinasi yang lebih baik dan terpadu di masa yang akan datang. Dengan adanya model yang telah di rumuskan ini maka, sistem dan alur koordinasi dapat berjalan dengan jelas tanpa perlu menabrak kepentingan masing-masing aktor. Berbagai aturan formal yang diterbitkan oleh pemerintah pusat hingga daerah sebagai landasan kerja sama ini juga menggambarkanwujud koordinasi antar aktor. Berbagai permasalahan terkait teknis operasional jaringan dan pemeliharaan juga banyak ditemui di lapangan, menjadi pekerjaan rumah bagi para aktor kebijakan untuk dirumuskan solusinya.

 ..rest of the journal can be read in Journal of Politic and Government Studies Volume 2, Nomor 2, Tahun 2013, link: http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jipf/article/view/2153


*Tulisan ini dibuat sebagai salah satu syarat kelulusan S-1 Jurusan Ilmu Pemerintahan, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Diponegoro oleh Ridwan A. Budyantoro.

No comments:

Post a Comment