Thursday 30 May 2013

Ikatlah Ilmu dengan Tulisan




Pernah saya baca sebuah kalimat sakti di linimasa Twitter. Sayang, sampai sekarang belum saya tahu siapa yang pertama kali melotarkannya. “Ikatlah ilmu dengan tulisan” begitu kira-kira bunyinya. Tanpa ada penjelasan lebih lanjut saya kira kita dapat memaknai apa kandungan kalimat ini.

Kenapa kalimat di atas saya katakan sakti? Karena memang benar demikian adanya. Saya setuju, dan saya yakin anda juga setuju.  Argumen paling sederhana yang dapat menjadi topangan pembenaran atas kalimat tersebut mungkin adalah soal ide yang sering kali menguap dari pikiran kita.

Saat Inspirasi Muncul, Tangkaplah

Saya pernah kuliah di Semarang sedangkan domisili asli adalah di Sukoharjo. Range lokasi ke dua kota di Jawa Tengah ini lebih dari 100 Km yang biasa saya tempuh dengan sepeda motor. Jika di kalkulasi dalam satuan waktu, maka jarak sedemikian tadi rata-rata saya capai dalam waktu  2,5 – 3 Jam. Tergantung kecepatan dan kepadatan kendaraan di jalanan. Dalam jangka 4 tahunan terakhir, maka sudah tak terhitung berapa kali jalur Sukoharjo-Solo-Boyolali-Salatiga-Kab. Semarang-Kota Semarang saya lalui, pulang pergi. Pula berapa jam yang saya habiskan untuk berada di jalanan.

Pada saat-saat mengaspal di jalanan itulah, waktu kritis yang sering saya temui akan dinamisnya pikiran saya meloncat-loncat asimetris. Imajinasi pun turut bergerak tanpa batas, tentang semua hal. Terutama perkara-perkara kehidupan yang saya alami, hal-hal yang saya sukai, masa depan, soal urusan perkuliahan, organisasi, urusan hati,  keluarga, ataupun berbagai kejadian yang saya temui selama perjalanan. Sebagian orang menyebutnya, inspirasi. Bisa dibayangkan? Tentu tak semua orang menemukan momen yang sama dengan saya. Jadi, dimana anda biasa bertemu dengan inspirasi semacam ini?

Celakanya, saat-saat afirmasi diri dalam perkembangan ide/inspirasi ini rupanya terlampau mudah saya abaikan. Tetap menjadi bayangan dalam memori, yang jika saya sedang beruntung dapat saya ingat kembali ketika membutuhkannya untuk diaplikasikan dalam taraf praktris kehidupan sehari-hari. Soal skripsi saya dulu misalnya.

Kebetulan juga, saya dianugerahi memori ingatan yang agak kurang dalam menangkap suatu detail. Meskipun saya tak pernah melupakan moment. Contohnya:  Saya ingat siapa pacar pertama saya, tapi saya tak ingat kapan kami jadian atau kapan kami berpisah. Oh tunggu dulu, kalau yang ini karena memang tidak penting untuk diingat dan ada faktor kesengajaan untuk tidak mengingat-ingat.

Baik kita tinggalkan sedikit sesi curhat yang tadi. Rupanya saya menyadari juga apa yang telah terlewat di belakang itu salah. Alhamdulillah saya sadar, jadi tak peduli berapa jauh jalan salah yang telah anda jalani, putar arah sekarang juga. Begitu kalau Rhenald Khasali bilang sebagai tagline dalam buku “Change” nya.

Akhirnya, saya coba memulai menulis, apapun yang saya ingin tulis. Walaupun kadang bersahabat dengan hasrat menulis itu tidaklah mudah. Begitu kalau kata para penulis. Media blog, menjadi kanvas putih sensual yang memotivasi saya untuk terus diwarnai dengan tulisan-tulisan yang lebih banyak.
Setelah setahun yang lalu postingan pertama saya buat, saya belajar bahwa saya telah banyak belajar selama proses menulis. Konten yang lebih berkembang, dengan gaya penulisan yang menurut saya lebih baik. Itu menurut saya.

Selain itu, kalau buka folder di laptop pun ada beberapa tulisan yang tersimpan tentang macam-macam hal. Namun sayang, semua terhanyut bersama tenggelamnya kemampuan hard disk si Alexandra (baca:laptop) dalam bekerja. Dia telah tiada membawa bergiga-giga memori bersamanya. Selamanya.
Oya, Twitter pun kadang bisa jadi media walaupun terbatas. Pernah juga saya mencoba membuat serial twit tertentu. Yah tentu dengan konten yang saya mengerti dan memang ingin saya bagi. Sok-sokan jadi seleb twit, ceritanya.

Hanya kekurangannya memang kicauan kita sering terinjak kicauan-kicauan yang menumpuk di atasnya. Jadi agak susah dan mungkin sedikit merepotkan kalau harus nyecroll2 lagi mencari kicauan yang tersembunyi diantara ratusan, ribuan, pulahan ribu atau bahkan ratusan ribu kicauan yang telah terposting. Tergantung seberapa “cerewet”  anda di dunia microbloging.

Kalaupun memang niat ingin menggali “harta karun” yang agak terpendam di dalam juga ada caranya kok. Coba cek setting twitter via web, jika ada “your twitter archive” berarti bisa cek kicauan yang lalu-lalu bahkan kicauan paling pertama kali di sajikan. Terima kasih untuk peristiwa CEK TL TAHUN LALU-nya politikus Budiman Sudjatmiko yang membuat saya mengerti cara ini. Silahkan tersenyum jika anda tahu maksud saya.

Pada satu titik tertentu, saya menemukan jalan yang saya rasa sudah benar untuk lanjut saya tapaki, sebuah turning point. Saya juga mengangguk pelan dengan wajah terhias senyuman kecil ketika mengingat lagi kalimat “Ikatlah ilmu dengan tulisan” di atas pada saat semakin banyak menulis. “Oh (mungkin) ini ya maksutnya” kata saya dalam hati.

Jadilah saya memaksa diri untuk belajar rajin menulis, apapun sesuai yang saya suka dan saya tahu. Proses ini pula yang kemudian memaksa saya untuk mengembangkan wawasan lewat membaca, dari obrolan-obrolan, menangkap makna kehidupan, dan sebagainya. Itulah ilmu yang kemudian harus diikat. Karena saya temukan juga bahwa saat saya belajar lebih banyak hal, saya ternyata jadi tahu kalau saya masih banyak tidak tahu.

Dalam sebuah talkshow Rumah Perubahan-nya di TVRI, Rhenald Khasali sang Guru Besar Ilmu Manajemen dari Kampus Kuning dan social entrepreneur ini bercerita. Bahwa dia sudah sangat terbiasa menulis minimal seminggu sekali. Kalau sampe terlewat, untuk memulianya lagi rasanya gamang bagi beliau. Gatal rasanya. Maka tak heran kalau sudah sekian buku dan ratusan artikel mungkin yang telah beliau hasilkan. Itu baru yang saya ketahui.

Seorang Dahlan Iskan pun mengajarkan bagaimana sebuah tulisan dapat menjadi kekuatan dalam memotivasi, menumbuhkan optimisme, dan mempengaruhi bayak orang dalam kerangka yang positif. CEO Notes yang sering beliau buat dan sebarkan selama menjadi direktur utama PLN telah membuat sebuah perbedaan dalam mendongkrak kinerja perusahaan. A different style of leading in a state institution. Sebagai catatan, CEO Notes ini menyebar di dalam milis internal PLN sampai ke level karyawan paling bawah. Semua pegawai bisa membaca, dan semua orang di dalam perusahaan pemerintah berlogo petir ini bisa mengerti arah mana yang diinginkan pimpinanya untuk dicapai bersama-sama. Setahu saya, sampai saat ini Dahlan Iskan masih tetap menulis banyak hal terutama berbagai pencapaian perusahaan-perusahaan yang ada di bawak kementrian BUMN-nya. Kolomnya pun tersedia khusus di salah satu portal media online (klik: Kolomnya). Memang latar belakang beliau sebagai wartawan dan juga memiliki sebuah jaringan perusahaan berita nasional, saya pikir ikut mempengaruhi keaktifan beliau dalam menulis. Tapi tak harus jadi wartawan untuk bisa menulis kan.

Pesan orang bijak lain menyebutkan, “ Ketika kehidupan mengajarkan kebahagiaan maka tulislah kenangannya di atas batu, jika kehidupan mengajarkan kekecewaan maka tulislah kenangannya di atas pasir”. Analoginya sederhana, menulis dia atas batu akan bertahan lama dan mungkin tidak akan hilang layaknya prasasti-prasasti peninggalan kerajaan di nusantara. Sedang menulis di atas pasir akan tetap terbaca, namun kemudian dapat hilang di sapu ombak atau angin. Maksudnya menulis di media yang tepat dan tindakan menulis itu sendiri akan menjadi guru yang abadi bagi kita, mungkin seperti itu maknanya.

Are you Story Teller enough?

Menurut saya kema(mp)uan menulis ini juga selaras dengan keahlian kita menjadi seorang story teller. Pencerita, atau pendongeng yang mampu menggiring imajinasi dan mind set pembacanya ke arah yang kita inginkan. Seperti buku-buku favorit yang kita miliki, para penulisnya berhasil dengan gemilang menghipnotis kita dalam visualisasi yang kita tak mengerti bisa muncul dalam lamunan. Dengan rangkaian diksi yang tepat maka sudah semestinya tulisan perlu dibuat dengan konten yang positif, tujuan yang baik, informatif, dan imajinatif walau pastinya di hidangkan dalam berbagai gaya yang khas sesuai karakter si penulis.  

Saya juga bersyukur pernah mengalami masa yang indah bersama skripsi. Proses inilah yang mengajari saya mendesain ulang kerangka berpikir menjadi lebih sistematis, menata cara pandang akan suatu persoalan, berargumen dengan dasar data yang akurat, mengembangkan gagasan dari satu ide pokok, dan mengais-ngais bahan bacaan dari berbagai sumber yang rupanya lumayan menambah masaa otak saya beberapa cc. Terima kasih pula untuk 2 dosen pembimbing saya yang memberi andil atas posisi saya di masa sekarang. Mereka jugalah yang membuat saya tak perlu repot-repot lagi mengalokasikan waktu untuk melakukan proses penyempurnaan (baca:revisi) setelah sidang skripsi.

Oya, Kalau ada yang bilang nulis skripsi itu susah maka saya 100% tak setuju. Terserah anda akan bilang apa, terutama bagi mereka generasi mahasiswa tingkat akhir yang sedang mencoba berdamai dengannya. Nulis sskripsi itu mudah kok, mau bukti? Oke, sekarang buka laptop dan program Ms. Word-mu. Lalu ketik S – K – R – I – P – S – I. Mudah kan? Jadi deh SKRIPSI.

Sekarang saya tanya, apa anda masih rela punya ide, inspirasi, dan imajinasi yang (mungkin) akan berharga tapi tersingkir lenyap begitu saja? Saya rasa tidak. Maka marilah kita menulis. Mengikat ilmu titipan dari Sang Kuasa lewat alam kepada kita. Dengan begitu si ilmu tak hanya bermanfaat bagi kita tapi juga bagi orang-orang di sekitar kita. Bukankah demikian itu hakekat seorang manusia? Jadi, mulailah menulis dari apa yang disuka, mulailah dari yang sederhana, mulailah sekarang juga. Kalau saya sendiri lupa, bolehlah kita saling mengingatkan.

“Tulis apa yang kamu lakukan, lakukan apa yang kamu tulis..”




*Tulisan inipun spontan saya buat ketika sedang meratapi modem yang tak bersahabat dengan laptop. Tiba-tiba pengen buka Word, terus jadilah tulisan sederhana ini dalam waktu kurang lebih setengah jam saja (sebelum editing). Saya pantas dapet P*P Mie untuk prestasi ini. Sekian dan terima kasih sayang


Monday 27 May 2013

Lari untuk Hidup


Beberapa bulan terakhir ini saya lagi suka lari. Rasanya bebas, lepas, fresh, dan ngefek lahir batin tentunya. Jangan katakan saya berlebihan, karena rasa-rasa ini serius bisa saya temukan pas lagi lari. Malah lari bisa jadi "pelarian" yang dimaksud itu. Iya yang itu, cobalah. Ehm wait a sec, ga ada yang mikir kalau saya suka lari dari kenyataan dan kepahitan hidup kan? hehe. Tenang aja, hidup itu mudah wong kita cuma dikasih. Menghidupkan kehidupan itu yang tidak mudah.

Oke balik ke topik lagi, lari. Jadi begini, sebenernya saya ga cuma baru-baru ini aja kok lari ini. Jaman SD saya pernah ikut SSB (Sekolah Sepak Bola) meskipun ga lama. Di sini salah satu menu latihan wajibnya adalah lari. Lari ibarat jadi menu pembuka untuk tempaan-tempaan fisik dan mental lainnya selama latihan. Sepak bola kan identik dengan lari, bukan cuma demi melatih akselerasi tapi juga endurance tubuh supaya bisa main bola dengan prima. Apa gunanya pemain bola punya skill hebat tapi fisiknya payah, setelah 15-20 menit di lapangan pasti bakal sering bungkuk-bungkukin badan tipe-tipe pemain macam ini. Atau kalau ga dia bakal berlagak sok jagoan dengan berkacak pinggang megangin dua sisi perut bagian luar, dan tetep bungkukin badan. Pasti pada bisa bayangin kan. Sekenario lain buat tipe pemain kaya gini, bisa juga dia cuma lari-lari kemanapun arah bola ditendang. Tapi ga bisa megang-megang bola itu saking ga nyampe nafasnya buat ngejar.

Tunggu tunggu, tapi itu cerita dulu. Saya pernah ga disiplin juga menempa diri untuk urusan fisik. Lepas SD olahraga yang saya ikutin makin berkembang, dari bola voli pas jaman SMP (bola tetep jalan), dan basket pas jaman SMA (bola juga masih jalan). Persoalannya, saya tak lagi mejadikan lari sebagai menu wajib untuk dikerjakan. Hanya sesekali aja tanpa konsistensi. Begitu pun pas jaman kuliah, futsal makin sering hampir tiap minggu. Tapi larinya yang untuk tujuan latihan ga dikerjakan dengan baik.  Barulah akhir-akhir ini saya menemukan tujuan lain dari lari selain ternyata lari itu nikmat.

Ada yang tahu kemampuan lari (lebih tepatnya sprint) dari seorang Cristiano Ronaldo. Si flamboyan dari Portugal itu pernah bikin gol yang spektakuler dalam sebuah pertandingan Real Madrid. Oh sory salah, golnya si biasa karena dia cuma tinggal nyocor bola yang di passing, yang luar biasa adalah proses sebelum gol itu terjadi. Bayangin aja, dia lari 96 meter dari area pertahanan ke kotak penalti lawan cuma dalam waktu 10 detik. Saya cuma bisa meracau waktu ngliat cuplikan videonya, emang pantes lah kalau dia jadi pemain bola paling hebat saat ini di bumi. Bukan Leonel Messi, karena Messi bukan dari bumi kalau kata Sir Alex Ferguson.

Apa yang Ronaldo lakukan ini kaya ngebelah lapangan bola. Panjang sebuah lapangan bola menurut FIFA antara 100 meter hingga 120 meter dan lebarnya 64 meter hingga 75 meter. Dengan ukuran hanya "sepanjang" itu, lapangan berasa lebih pendek buat dia lari-larian kesana kemari. Di pertandingan lain pernah juga dia kecatet lari 91 meter dalam tempo hanya 9 detik waktu Madrid lawan Sevilla.

source: @footy_jokes


Anyway, Ronaldo juga tetep bisa lari kenceng meskipun lagi dribbling bola. Sebagai perbandingan juara lari Olimpiade Usain Bolt yang dapet gelar sebagai manusia paling kenceng di bumi catatan rekor larinya untuk jarak 100 meter yaitu 9,58 detik. Tipis sekali. Ga mengherankan juga sebenarnya, karena Ronaldo memang pernah belajar khusus soal lari sprint ke Usain Bolt. Kalau ada manusia yang pernah diadu kecepatan sama Ferrari atau Buggati, maka Ronaldo lah orangnya. Sekarang, klik aja new tab dan ketik youtube.com disitu, lalu ketik lagi keyword "Christiano Ronaldo Run". Bakal kelihatan semua cuplikan video-video yang ngrekam kemampuan sprint C. Ronaldo. Contohnya klik aja link yang ini:
http://www.youtube.com/watch?v=Fom0mX2Ou9w

Ronaldo hanya salah satu contoh atlet yang melatih diri dan sangat concern dalam peningkatan kemampuannya dalam sisi lari. Hampir semua olahraga basicnya adalah lari. Namun, saya tak akan banyak bicara soal lari dalam kapasitas sebagai seorang atlet. Levelnya berbeda. Sebagai seorang jebolan anak SSB sekarang saya emang masih main bola, di dalam ruangan tapi. Tiada tujuan khusus lari yang saya lakukan sekarang hanya untuk menunjang futsal yang saya ikuti tiap seminggu sekali. Tapi lari kali ini adalah untuk hidup. Begitulah kiranya.

Sejak bergabung dengan komunitas  @Indorunners_SMG lari jadi lebih berarti bagi saya. Setiap kesempatan lari bareng, selalu ada tendangan dari arah belakang yang menjatuhkan badan ke dalam jurang keterpaksaan. Ya terpaksa mengejar orang-orang yang ada di depan saya meskipun nafas berasa mau putus atau kaki berasa mau lepas, juga terpaksa meningkatkan kapasitas fisik tentunya. Banyak yang lebih experienced di dalam komunitas, lebih paham teknik, tips, dan punya kapasitas paru-paru yang lebih lebar karena lebih terlatih. Disnilah enaknya, karena yang beginner kaya saya bisa banyak belajar, minta masukan, dan nambah temen baru tentunya.

source: Indorunnners SMG

Mahasiswa, karyawan swasta, guru, pengusaha, semua ada di dalam komunitas. Kalau buat Romeo dan Juliet cinta menyatukan mereka. Maka bagi kami lari yang mempersatukan. Siapapun akan disambut dengan hangat asal suka dan mau lari. Cukup dua event wajib yang bisa minimal diikuti, yaitu Thursday Night Run #TNR (kadang geser ke Wednesday) atau Sunday Morning Run #SMR. Soal rute, paling sering area Jalan Pendanaran-Gajah Mada-Pemuda dan area Kampus Undip Tembalang jadi lokasinya. Average 5 Km jarak masing-masing. Untuk momen tertentu suka juga ada rute baru yang bakal dicoba.

Kemampuan lari saya sekarang? Jangan ditanyalah. Masih pas-pasan soalnya. Dulu pas lari hore bareng temen kosan kalau bisa non stop 15 menit aja udah seneng. Sekarang kalau non stop 5 Km itu baru pencapaian. Sayang belum pernah bisa saya lakukan, masih butuh break jalan beberapa kali sambil inget2 kalau ada pelari cewek di depan. Ini bakal memotivasi lagi, karena gengsi dikit kalau lari ketinggal dari cewek hehe.

Rata-rata untuk 5 Km saya baru bisa capai antara 40-50 menit, belum sekeren para senior di komunitas. Saya juga manfaatkan aplikasi Endomondo sebagai asisten yang memantau detail beberapa aspek lari saya setiap waktunya. Seperti jarak, waktu, kalori yang dibakar, dll.

Demi menghibur diri saya inget pesen akun @DuniaLari untuk berlari sesuai kemampuan tubuh, tak perlu dipaksakan karena memang kemampuan fisik masing-masing orang berbeda. Yang perlu dilakukan adalah terus berlatih agar kemampuan bisa meningkat, otot terlatih, tubuh terintegrasi, dan kapasitas paru-paru dalam mengikat oksigen meningkat. Kalau salah satu temen komunitas bilang, dia cuma peduli gimana bisa dapet 5 Km di bawah 30 menit. Semoga saya juga bisa capai nanti. Terakhir, ketika lari telah menjadi lifestyle, maka sehat adalah bonusnya. #MariLari

source: Indorunnners SMG





Friday 24 May 2013

(sedikit) Yang Tersisa dari Premiere League 2012/2013

source: manutd.com


Hari ini tepat 13 hari setelah pasukan terakhir Sir Alex Ferguson mengangkat trophy Premiere League untuk musim 2012/2013. Dan 5 hari berlalu sejak pertandingan terakhir premiere league secara keseluruhan tersaji. Yah, mulailah masa-masa merana bagi para kaum penyendiri yang hanya memiliki sepakbola sebagai belahan hatinya. Tiada lagi arena pelarian untuk mereka di kala Sabtu malam dihabiskan. Bagi mereka malam minggu bukan lah hari bercinta, ini adalah hari sepak bola bagi kami. Eh, mereka.

Anda pasti sudah tahu apa maksud saya mengatakan 'pasukan terakhir' SAF kan. Jadi saya tak akan banyak membahas soal ini. Bagi saya, melihat SAF pensiun sama seperti menyadari bahwa orang yang saya cintai ternyata memilih orang lain. Sakit, sulit dipercaya, tapi pasti terjadi, dan terpaksa harus dinikmati. Masa seperti ini mengajarkan saya untuk ikhlas dalam level yang tidak biasa, however life must go on. Right? Meski begitu juga, optimisme tetap terjaga bahwa MU masih akan berjaya di tahun-tahun selanjutnya. SAF terlalu lama berada di Old Trafford dan mengawasi para pemain berlatih di Carrington. Inilah kelebihannya, karena MU sudah terbiasa dengan kestabilan, kondisi financial yang kuat, brand yang mendunia, dan pemain-pemain yang loyal terhadap klub, serta tradisi prestasi yang juga dapat dibanggakan. MU bukanlah tipe klub yang berganti manajer hampir setiap musim, seperti Chelsea misalnya. Hingga Gary Neville pun dengan lugas menggambarkan seperti apa nilai yang dianut United ketika ia mengatakan bahwa,“United is not a stupid club...that changes the manager every 10 minutes." (dari Pangeran Siahaan). SAF lah sang arsitek dari sebuah sejarah bernama Manchester United. SAF adalah Manchester United itu sendiri.

Lalu, apalagi yang tersisa di dalam memori kita tentang perjalanan Manchester United merengkuh gelar ke-20 seperti yang telah diprediksi? Ya setidaknya saya sendiri yang berani memprediksi hal tersebut sejak gelar juara liga terpaksa kita ikhlaskan mampir ke lemari trophy tetangga. Saya sangat yakin, bahwa di musim berikutnya (musim ini) tiada lagi juara sejati yang akan muncul selain Manchester merah. Manchester is Red. That's it.

Sebelumnya harap dimaklumi jika ada rasa-rasa narsis, kebanggan berlebih, atau kelewat jumawa tercium dari tulisan ini. Yah bagaimana lagi, memang faktanya MU adalah penguasa daratan Inggris dan saya yang membuat tulisan ini adalah seorang fans Setan Merah. Dengan raihan 20 trophy liga maka tiada satu tim pun di daratan kerajaan ini yang mampu menyaingi MU. Penguntit terdekat adalah Liverpool dengan 18 trophy yang semuanya dimenangkan sebelum era EPL, dan Arsenal dengan 13 trophy, serta tim lainnya yang mungkin akan saya tulis jika ada yang sudah melampaui angka 10.

Bagaimanapun, demikian cerita yang terjadi di musim sekarang. Tapi, siapa yang akan tahu apa yang terjadi musim depan, bahkan saat ini dan beberapa detik lagi. Konstelasi persaingan di rimba premiere league memang sangat ketat. Sepakbola tak lagi sekedar permainan kerja sama 11 orang melawan 11 orang yang ditengahi oleh seorang wasit di lapangan. Sepakbola adalah industri, sepakbola adalah seni, sepakbola adalah kehidupan bagi mereka yang mencintainya.

Ketika jaman 2000-an awal kita mengenal sebutan group The Big Four dengan Manchester United, Liverpool, Arsenal, dan Chlesea menyusun formasinya. Hal demikian karena konsekuensi dari teramat seringnya ke empat tim ini finish di deretan tabel teratas akhir musim dengan peringkat yang kadang bertukaran. Dengan MU yang paling sering berada di peringkat pertama. Well, ini dulu dan sekarang konsep ini tak lagi dikenal atau bahkan dibahas oleh media dan juga pengamat bola. Arus sejarah persaingan untuk menguasai premiere league mulai makin berwarna dengan adanya berbagai perkembangan. Salah satunya adalah sejak City menjadi klub kaya mendadak saat pertama dibeli mantan PM Thailand Thaksin Sinawatra, hingga kemudian berpindah kepemilikan ke milyuner UEA. Kekuatan City sebagai tim pun ikut bergerak naik teriring transfer besar-besaran para bintang pelaku bola. Hal yang hampir sama juga terjadi di tim London Biru yang dibeli milyuner super obsesif dari Rusia. Jika ada orang mengatakan uang tak dapat membeli prestasi, coba minta dia sejenak melihat ke belakang dan mempelajari bagaimana City dan juga Chelsea berusaha menguasai Inggris.

Ketika eksistensi sebuah klub diukur dengan trophy yang mereka raih, maka bersiaplah para pelaku sepakbola di dalamnya menjadi seorang 'pekerja'. Mereka dibayar karena bermain bola dan menunjukan performa mengkilap. 'Harga' seoarang pemain diukur dari seberapa besar kontribusi mereka ke tim, berapa menit mereka mendapat kesempatan bermain, berapa gol yang mereka (striker) buat ke gawang lawan, berapa assist yang mereka kreasi untuk melayani rekan setimnya, berapa jumlah passing yang dikirim (miedfilder) dan akurat diterima kawan, berapa jumlah gol kemasukan dan saves yang dibuat oleh seorang kiper, dan ukuran-ukuran data lain yang tersaji dalam angka yang detail akurat dan rapi. Data-data macam ini biasa di supply oleh lembaga statistik khusus sepak bola. Seperti EPL Index atau Opta. 

Hal lain yang menarik untuk dibicarakan adalah penampilan menonjol beberapa pemain di tim-tim medioker sepanjang musim. Contohnya, seorang penyerang Spanyol yang 'hanya' berharga 2 Juta Pound dan bermain 'hanya' di klub sekelas Swansea. Yang satu ini adalah conton istimewa bahwa sebuah kinerja dapat ditunjukan dengan usaha keras di klub manapun dia berada. Dengan total sejumlah 18 gol di buat, atau terpaut 8 gol dari RvP sebagai top skor musim 2012/2013 maka jumlah ini adalah angka yang luar biasa. Jangan lupa Michu sesungguhnya adalah seorang pemain tengah, dan musim ini adalah musim pertama dia bermain di premiere league. Pun begitu dia langsung berkontribusi dengan membawa timnya memperoleh trophy Piala Liga (Capital One Cup). Sebuah pencapaian yang impresif. 

Namun, satu kebiasaan yang seringkali terjadi adalah, klub-klub besar dengan financial yang kuat suka membajak pemain-pemain bintang di klub-klub medioker seperti ini. Karenannya bisa jadi jika Michu, C. Benteke, ataupun Gareth Bale akan bermain di tim yang lebih besar musim depan. Ya besar duitnya, dan besar sejarah prestasinya. Serta yang besar juga kesempatan tim tersebut memenangi berbagai trophy. Pemain sendiri pun biasanya juga tak keberatan untuk pindah, apalagi ke klub yang akan bermain di Liga Champions Eropa. Sebuah panggung maha mewah bagi mereka untuk pamer skill dan unjuk diri. Siapa tahu ada tim yang lebih besar tertarik menikmati jasa olah bola mereka. Begitulah industri sepakbola.